Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Pemerintah semakin gencar mengambil langkah untuk menangkal virus flu babi. Yang terbaru, pemerintah memutuskan memakai dana Komisi Nasional (Komnas) Flu Burung untuk mengatasi virus influensa babi yang bertipe H1N1 tersebut.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sri Mulyani Indrawati menyatakan, keputusan tersebut lahir melalui koordinasi dengan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. “Apabila ada keperluan yang sifatnya sangat mendesak, Direktorat Jenderal Anggaran akan menunggu usulan dari instansi terkait,” imbuh Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan, Anny Rahmawati di Jakarta, Senin (27/4).
Belum jelas benar, berapa sisa dana flu burung yang bakal dialokasikan pemerintah untuk menangkal virus flu babi. Namun, sebagai gambaran, 2007 lalu, Komnas mendapat sekitar US$ 61 juta atau Rp 518,5 miliar untuk menangani flu burung di Indonesia.
Dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2007. Selain dari APBN, Komnas Flu Burung juga menggaet bantuan dari sejumlah lembaga internasional sebesar US$ 65 juta atau sekitar Rp 552,5 miliar.
Pengalihan dana flu burung untuk menangani flu babi memang sudah bisa ditebak. Dalam rapat antisipasi flu babi di kantornya, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menyatakan akan memperluas kewenangan Komnas Flu Burung. Komisi ini nantinya tidak hanya menangani flu burung, melainkan juga flu babi. "Aturannya nanti akan direvisi," kata Aburizal.
Sayang, hingga tadi malam, Sekretaris Komnas Flu Burung, Bayu Krishnamurthi belum bisa dimintai konfirmasi.
Indonesia lebih aman
Penambahan wewenang Komnas Flu Burung adalah satu dari dua skenario yang disiapkan Pemerintah buat mengantisipasi flu babi. Skenario lainnya adalah pengetatan pengawasan wisatawan asing yang masuk ke Indonesia. Terutama mereka yang berasal dari Amerika Utara.
Untuk tujuan ini, Pemerintah memasang alat pemindai suhu (thermo scanner) di 10 bandara internasional. "Kalau orang dari Amerika Utara diduga sakit atau mencurigakan maka akan dikarantina," tegas Aburizal. Tak hanya itu, pemerintah juga menganjurkan orang Indonesia yang pergi ke Kawasan Amerika Utara menghindari kontak dengan orang yang terkena flu.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menambahkan, pemerintah telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan dan 30.000 orang sukarelawan kesehatan untuk mengantisipasi flu babi. Selain itu, pemerintah juga menyediakan tamiflu. "Stok tamiflu cukup dan bisa dipakai mengobati flu babi," tegas Siti.
Siti meminta agar masyarakat tidak panik menghadapi wabah flu babi. Sebab, kata Siti, kendati telah menjadi pandemi di Meksiko, Texas, California, dan Kanada, namun virus flu babi tidak dapat hidup di negara yang beriklim panas. "Indonesia iklimnya panas. Jadi, mudah-mudahan virus itu tidak masuk," katanya.
Virus flu babi juga tidak sebahaya virus flu burung atau H5N1. Sebab, risiko kematian pasien flu babi hanya 6%. Artinya, jika seseorang terkena penyakit ini, 94% kemungkinan sembuh. Sebaliknya, risiko kematian flu burung mencapai 80%-90%. Toh, masyarakat tetap harus waspada. Sebab, pada tahun 1918 lampau, virus flu babi sempat menjadi pandemi dan menewaskan puluhan juta orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News