Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Pemerintah Indonesia, kemarin (Selasa,12/1/2010) telah melakukan penawaran surat utang negara dalam bentuk valuta asing atau global bond senilai US$ 2 miliar. Hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk pembiayaan defisit APBN 2010.
Dirjen Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, transaksi ini merupakan penerbitan global medium term note (GMTN) RI yang telah di-upsize pada 5 Januari 2010. Penawaran terdiri atas satu tranche sebesar US$ 2 miliar untuk jangka waktu 10 tahun dan akan jatuh tempo pada Maret 2020.
“Dengan yield-nya 6%, harga 99,044% dank upon 5,875%. Transaksi ini menghasilkan kelebihan permintaan sebesar 2,3 kali atau US$ 4,5 milliar,” kata Rahmat di Jakarta, dini hari tadi. Ia menambahkan alokasi berdasarkan jenis investor adalah asset management 69%, bank 14%, asuransi 11% dan investor ritel/individu sebesar 6%. Partisipasi investor dalam negeri tercatat sebesar 7% dari pemesanan akhir.
“Joint lead managers dan joint bookrunners transaksi ini adalah Barclays Capital, Citi dan Credit Suisse,” katanya. Nilai pemesanan yang besar dari penerbitan global bond ini, menurut Rahmat, disebabkan oleh rating penerbitan obligasi RI yang cukup baik Ba2 (Stable) dari Moody’s, BB- (positif) dari S&P dan BB (stable) dari Fitch.
Rahmat menambahkan, pemerintah tidak akan lagi melakukan upsize penerbitan obligasi berdenominasi valuta asing atau global bond sampai akhir 2010. Hal itu karena penerbitan kali ini sudah dilakukan upsize dari awalnya US$ 1,5 miliar menjadi US$ 2 miliar. “Mudah-mudahan tidak ada lagi penerbitan global bond sampai akhir 2010). Tinggal Samurai dan Global Sukuk,” katanya.
Untuk dua obligasi tersebut, Samurai Bond dan Global Sukuk, pemerintah akan melakukan penerbitan pada tahun ini sebesar US$ 750 juta sampai US$ 1 milliar untuk masing-masing obligasi. “Samurai antara US$ 750 juta sampai dengan US$ 1 milliar, sedangkan Global Sukuk kira-kira sama”. Rahmat berharap dalam penawarannya nanti dua obligasi pemerintah itu nanti juga bernasib sama dengan Global Bond yang mengalami kelebihan penerimaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News