Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengklaim berhasil mencegah kebakaran hutan selama tahun 2023. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kebakaran hutan dan lahan tahun 2023 turun 30,8% dibanding tahun 2019 saat El Nino.
Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan jika musim kering atau El Nino di tahun 2023 hampir sama terjadi di 2019. Tapi hal ini bisa diantisipasi dengan berbagai upaya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan sejak awal tahun. "Terdapat penurunan akumulasi luas karhutla sebanyak 483.150,25 hektar hingga November 2023 turun 30,22% dibandingkan tahun 2019," jelas Humas KLHK.
Kondisi El Nino pada tahun 2019 pada level El Nino lebih lemah dan pada tahun 2023 El Nino pada lebih moderat. Kondisi ini dapat menjadi indikasi adanya keberhasilan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang efektif.
Baca Juga: El Nino Belum Akan Berakhir dalam Beberapa Bulan ke Depan, Ini Penjelasannya
Kenaikan hotspot yang terjadi pada tahun 2019 dan tahun 2023 disebabkan El Nino. "Namun, kami berhasil memitigasi fenomena El Nino sehingga jumlah hotspot dan luas tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya," terang Humas KLHK. Jika dibandingkan karhutla tahun 2019 dengan kondisi akibat dampak El-Nino yang serupa dengan tahun 2023, luas karhutla tahun 2023 masih jauh menurun.
Indonesia juga berhasil menekan kejadian karhutla khususnya di lahan gambut sehingga terjadi penurunan luas karhutla dari gambut. Pada 2015 terdapat luas karhutla di lahan gambut seluas 891.275 hektar atau 34% dari total luas karhutla. Tahun 2019, karhutla turun menjadi 483.111 hektar atau 30% dari total luas karhutla. Kemudian pada tahun 2023 semakin turun menjadi 182.789 hektar atau 16,38% dari total luas karhutla. Selain itu, pengaturan tinggi muka air tanah 0,4 m ternyata tidak menyebabkan penurunan produktivitas perkebunan sawit. Penelitian menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas antara 13%-30%.
Luas kebakaran hutan dan lahan juga menunjukkan tren menurun sampai Oktober 2023. Sejak kejadian karhutla tahun 2015 (baseline) dengan adanya perubahan paradigma pengendalian karhutla sampai dengan sekarang luas karhutla di Indonesia menurun signifikan 94% - 37%.
Sebagai konsekuensi maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh Indonesia, tidak lagi sebesar tahun-tahun sebelumnya seperti pada kondisi 2015 dan 2019. "Indonesia tidak lagi menjadi negara pengemisi 5 terbesar secara global, bahkan pada tahun 2021 tercatat ranking ke-9; dengan angka penurunan emisi 890 juta Ton CO2eq," ujar Humas dalam rilis.
Menurut data Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) dari Uni Eropa, menunjukkan, Indonesia tidak termasuk ke dalam kelompok negara penyumbang emisi terbesar dari kebakaran hutan dan lahan. Negara-negara maju, seperti AS dan Kanada, termasuk di dalam kelompok tersebut.
Baca Juga: Sepanjang 2024 Iklim Diprediksi Normal, Musim Kemarau Tak Sekering 2023!
"Meski begitu, Pemerintah tetap konsisten menjalankan berbagai upaya untuk mencegah karhutla, mulai dari monitoring, penetapan kebijakan, pencegahan, hingga penegakan hukum," jelas Humas KLHK. Pada tahun 2024, pemerintah mengaku akan melakukan upaya mitigasi kejadian karhutla dengan meningkatkan upaya-upaya pengendalian karhutla dengan melaksanakan patroli terpadu, TMC, monitoring hotspot, dan pemberdayaan masyarakat yang berada di wilayah rawan karhutla.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News