kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah khawatir suku bunga di negara maju naik


Senin, 24 Maret 2014 / 13:58 WIB
Pemerintah khawatir suku bunga di negara maju naik
ILUSTRASI. Meta Melakukan pembaharuan IG Reels untuk mendukung para content creator


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah menilai pernyataan gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (Fed) Janet Yallen telah memberikan kepanikan bagi pasar dalam negeri. Pasalnya, Yallen berencana akan menaikkan suku bunga menjadi 1% pada akhir 2015, dan 2,25% di tahun 2016.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah mengatakan, pasca pengumuman itu sejumlah mata uang terdepresiasi, termasuk rupiah. Bukan hanya itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh 4.700,21 pada penutupan hari Jumat (21/3) lalu.

Dengan kondisi itu, Firmanzah khawatir, jika The Fed benar-benar merealisasikan rencananya maka akan banyak dana yang keluar dari dalam negeri. Menurutnya, pembalikan modal ke nagara maju ini harus segera diantisipasi.

Sebab, jika banyak dana yang keluar dampaknya akan cukup besar menekan IHSG maupun nilai tukar rupiah. "Dalam jangka pendek, ekonomi Indonesia akan disibukkan dengan perumusan kebijakan antisipasi tapering off, dan kenaikan suku bunga The Fed," katanya, Senin (23/3).

Saat ini, pemerintah tengah memfinalisasi paket kebijakan ekonomi jilid tiga. Firmanzah berharap, paket kebijakan ini nantinya bisa mengurangi tekanan dalam jangka pendek dan memberikan kepercayaan kepada pasar.

Salah satu kebijakan yang akan dikeluarkan itu, di antaranya terkait insentif bagi dana repatriasi asing yang akan diinvestasikan di Indonesia. Ini dipercaya bisa mengurangi capital outflow yang akan terjadi.

Namun, Firmanzah meyakini, sejauh ini aliran modaal ke pasar domestik masih cukup deras. Hingga bulan Ferbruari 2014 saja, aliran dana yang masuk ke pasar obligasi domestik mencapai Rp 16,3 triliun. Jumlah ini lebih tinggi 200% dibanding Januari yang hanya Rp 5,16 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×