Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah Indonesia untuk menarik investasi langsung ke dalam negeri tengah menghadapi sejumlah kendala.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah regulasi yang berlaku di era pemerintahan Prabowo Subianto. Selain itu, proses negosiasi terkait tarif resiprokal dengan Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat memengaruhi kebijakan investasi di Indonesia.
Terbaru, setelah Tesla, konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG memutuskan untuk menarik investasi sebesar US$ 77 miliar atau sekitar Rp 129,36 triliun.
Baca Juga: Cerita Presdir Superior Prima Sukses Billy Law yang Pilih Investasi di Sektor Riil
Investasi ini awalnya ditujukan untuk pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik. Menurut laporan media Korea Selatan, keputusan LG ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa pemerintah Indonesia lebih berpihak pada rezim militer, serta turunnya permintaan global terhadap kendaraan listrik.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menilai masalah investasi di Indonesia cukup kompleks. Selain faktor regulasi, Huda juga mengungkapkan bahwa biaya investasi yang tinggi menjadi hambatan utama.
Biaya tersebut mencakup biaya organisasi masyarakat, praktik mafia tanah, hingga birokrasi yang masih diwarnai oleh oknum-oknum nakal.
Di samping itu, proses perizinan usaha yang rumit, mulai dari tingkat desa hingga pusat, semakin memperburuk situasi, terutama dengan adanya praktik uang pelicin.
Akibatnya, Indonesia masih menghadapi skor Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang tinggi. Huda pun pesimis terhadap peningkatan signifikan dalam arus investasi.
Baca Juga: Tips Investasi Presdir Doo Financial Futures Ariston Tjendra, Gunakan Uang Dingin
"Yang kami khawatirkan adalah semakin banyak investor yang memilih untuk hengkang dari Indonesia," ujarnya dalam wawancara dengan KONTAN, Rabu (23/4).
Namun, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengungkapkan pandangan yang lebih optimistis.
Menurutnya, meskipun kondisi global dan domestik sedang menghadapi tantangan, target realisasi investasi Indonesia sebesar Rp 1.905,6 triliun masih dapat tercapai. Sebanyak 50,8% dari target tersebut diharapkan berasal dari investasi asing.