kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Pemerintah dorong BUMN alutsista untuk perluas pasar


Jumat, 12 Agustus 2011 / 10:30 WIB
Pemerintah dorong BUMN alutsista untuk perluas pasar
ILUSTRASI. Sebelum delisting, BEI membuka perdagangan saham GREN di pasar negosiasi hingga 20 November 2020.


Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah terus mendorong industri alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di dalam negeri untuk memperluas pasarnya. Tak hanya untuk pasar di dalam negeri (TNI), ke depannya, industri alat pertahanan ini juga didorong untuk mengembangkan pasar di luar negeri.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mengatakan pemerintah saat ini tengah memperkuat manajeman dan pengelolaan (governance) industri alutsista yang strategis seperti PT Pindad, PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). "Saya optimis bahwa di dalam hal alutsista, keberpihakan pada produksi dalam negeri luar biasa," ujarnya Kamis malam (11/8).

Seperti diketahui, selama ini sebagian alat persenjataan yang dimiliki TNI memang diproduksi oleh BUMN alutsista di dalam negeri. Tapi, yang lebih menggembirakan, hasil produksi industri alutsista di tanah air sudah banyak dipesan oleh negara lain.

Mustafa mencontohkan, Malaysia sudah membeli persenjataan dari Indonesia misalnya SS-2. Beberapa negara ASEAN kini juga tengah negosiasi untuk pemesanan panser bikinan PT Pindad. Misi perdamaian di Libanon juga telah membeli panser 6x6 jenis Anoa. "Yang seperti inilah yang akan kita perluas pasarnya," ujarnya.

Bahkan, Mustafa mengakui saat ini pesawat jenis CN 235 versi militer lebih laris ketimbang pesawat sejenis untuk sipil (penumpang). Ini menandakan pasar untuk alutsista masih cukup besar.

Hanya saja, Mustafa bilang Indonesia tidak akan membidik pasar negara yang sedang berkonflik. "Kita produksi ini untuk proses perdamaian, menjaga keseimbangan. Makanya black market diusahakan untuk di-zero kan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×