kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Pemerintah Buka Akses Ekspor Mineral Kritis ke AS, Kerjasama Lewat Danantara


Jumat, 26 Desember 2025 / 18:12 WIB
Pemerintah Buka Akses Ekspor Mineral Kritis ke AS, Kerjasama Lewat Danantara
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok/BPMI Setpres)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia membuka akses ekspor mineral kritis ke Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari kesepakatan dagang resiprokal atau Agreement on Reciprocal Tariff (ART). Akses tersebut mencakup komoditas strategis, mulai dari nikel hingga logam tanah jarang (rare earth).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pembahasan kerja sama dengan AS mencakup seluruh sektor strategis, termasuk penghiliran mineral. Pemerintah pun memastikan peluang investasi bagi perusahaan AS di sektor mineral kritis terbuka lebar.

“Critical mineral sudah ada pembicaraan Danantara dengan badan ekspor di Amerika dan beberapa pihak lainnya. Bahkan, ada perusahaan Amerika yang sudah berbicara langsung dengan perusahaan mineral kritis di Indonesia,” ujar Airlangga saat ditemui di Pondok Indah Mall, Jakarta, Jumat (26/12/2025).

Baca Juga: Apindo Minta Dispensasi Kenaikan UMP 2026, Beban Dunia Usaha Berat

Airlangga mengungkapkan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan berperan sebagai penghubung utama dengan skema business to business (B2B). Minat korporasi AS tidak hanya datang dari pemain lama, tetapi juga perusahaan teknologi dan otomotif global seperti Ford Motor Company hingga Tesla yang membidik pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.

Ia menegaskan, pembukaan akses mineral kritis bagi AS bukan merupakan kebijakan baru. Menurutnya, investasi AS di sektor pertambangan Indonesia telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Airlangga mencontohkan Freeport McMoran yang telah beroperasi di sektor tembaga sejak 1967 dan kini memiliki fasilitas pemurnian (refinery) di Gresik. Selain itu, Vale juga telah menggarap sektor nikel di Indonesia sejak era 1970-an.

“Bagi Indonesia, kerja sama mineral kritis dengan Amerika itu sudah lama berjalan. Jadi ini bukan sesuatu yang baru,” tegas Airlangga.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan, mineral kritis yang dibutuhkan AS meliputi tembaga, nikel, bauksit, hingga logam tanah jarang yang merupakan produk sampingan dari timah. Kebutuhan tersebut tidak hanya untuk pengembangan kendaraan listrik, tetapi juga menopang sektor pertahanan dan teknologi tinggi. “Akses itu diperlukan untuk otomotif, pesawat terbang, roket, pertahanan, hingga kelautan,” ujarnya.

Adapun pemerintah Indonesia dan AS telah menyepakati finalisasi ART. Perjanjian dagang strategis tersebut ditargetkan ditandatangani secara resmi oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump pada akhir Januari 2026.

Selanjutnya: Jadwal Laga Tunda Super League Pekan 8, Ada Laga Persik vs Persis Solo

Menarik Dibaca: Film Agak Laen: Menyala Pantiku! Lampaui Jumlah Penonton Film Agak Laen Pertama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×