Reporter: Kiki Safitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang mendekati Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS) perlu mendapat dukungan dari masyarakat untuk kembali menstabilkan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI), Doddy Zulverdi di Kominfo Jakarta Pusat, Senin (10/9).
Ia menyebutkan bahwa asumsi masyarakat sejauh ini berpotensi pada stabilitas rupiah. Jika masyarakat berpikir positif maka rupiah cenderung akan menguat demikian sebaliknya.
“Pertama situasi yang kita hadapi merupakan situasi yang belum pasti dan kita selalu harus waspada tapi yang pasti perlu dipahami masyarakat bahwa sejauh ini langkah-langkah stabilisai telah dilakukan. Saat ini bagaimana berbagai pihak tetap tenang, karena pasar valas ini sangat senstif dengan asumsi di masyarakat, sehingga kalau kita bisa bertahan, kita tetap mengendalikan valas atau nilai tukar rupiah,” katanya.
Selanjutnya komponen penggunaan barang dalam negeri juga perlu ditingkatkan sebagai pengurang ketergantungan impor. Lebih dari itu, ia juga menyarankan agar masyarakt Indonesia bisa lebih mengeksplor kawasan wisata Indonesia yang saat ini dikembangkan daripada harus berlibur ke laur negeri.
“Penggunaan komponen dalam negeri ataupun juga liburan ada baiknya jika memilih destinasi Indonesia. Tapi juga Intinya adalah selama pemerintah menjalankan tugasnya masyarakat diharapkan tetap tenang,” ujarnya.
Hal ini juga disambut baik oleh Robert Leonard Marbun Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara. Menurutnya masalah pelemahan nilai tukar berdasarkan kepada persepsi masyarakat, bagaimana menyambut isu tersebut sebagai masalah atau kesempatan untuk merubah Iindonesia menjadi lebih baik.
“Kami mengajak semua masyarakat apakah kita melihat ini sebagai problem atau challenge, kalau problem semua akan berat dan kalau challenge ini akan menggerakkan semua secara maskimal. Jadi semua bisa menyumbangkan kontribusinya,” ungkapnya.
Juru bicara Otoritas Jasa Keuangan Sekar Djarot juga menegaskan bahwa sejaun ini pemerintah terus melakukan koordinasi dengan sejumlah stakeholder untuk tetap menjaga stabilitas keuangan. Bahkan pemerintah sangat responsive jika saja terjadi gejolak yang dianggap membahayakan.
“OJK dan pemerintah, kami selalu melakukan langkah koordinasi dalam menjaga stabilitas keuangan. Dan proses monitoring yang kami lakukan dan kami sangat yakin dapat berjalan baik,” kata Sekar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News