Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) telah menggelar pertemuan tertutup dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) Senin (26/8) kemarin. Pertemuan itu untuk membicarakan kondisi perekonomian terkini, terutama nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap mata uang Dollar AS.
Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar menjelaskan, dalam pertemuan tersebut pihaknya menanyakan penyebab pelemahan rupiah dan terus memburuknya kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta langkah yang akan dilakukan Pemerintah, OJK dan BI untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk.
Hasilnya, harry mengatakan pemerintah akan merevisi beberapa target asumsi makronya untuk tahun 2013 ini. "Ada sedikit revisi, kemungkinan di tahun 2013 pemerintah memperkirakan inflasi bisa mencapai 9% dan target rata-rata rupiah rupiah berada di kisaran Rp 10.000-Rp 10.200 per dollar AS," ujar Harry.
Sementara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013 Pemerintah menargetkan rata-rata nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.600 per Dollar AS. Adapun untuk target pertumbuhan pemerintah tetap mematok di kisaran 5,9%-6% dan BI berada di range yang lebih lebar yaitu di kisaran 5,8%-6%.
Adapun terkait sikap Pemerintah ini, anggota komisi XI dari Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan sudah seharusnya pemerintah mengambil langkah yang cepat terkait kondisi perekonomian terkini. "Pemerintah harus berani bersikap realistis, itu yang kita tekankan dalam pertemuan tersebut," ujar Maruarar kepada KONTAN.
Dalam pertemuan itu, menurut Maruarar, pemerintah menyampaikan kembali empat paket kebijakan supaya target yang ditetapkan dalam APBN-P tidak meleset terlalu jauh. Empat paket kebijakan itu bertujuan untuk memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah yang terdiri dari pemberian insentif bagi industri padat karya hingga kebijakan soal pengupahan.
Maruarar meminta pemerintah segera untuk merealisasikan rencana kebijakan tersebut. Jangan sampai apa yang direncanakan ini meleset dan tidak sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu, ia menyatakan dukungannya atas beberapa langkah itu.
Menteri keuangan RI Chatib Basri menjelaskan sejauh ini pihaknya tetap mengejar target pertumbuhan di angka 6%. Dengan beberapa kebijakan yang telah diumumkan akan segera dilakukan itu, Ia yakin neraca perdagangan akan membaik, sehingga defisit bisa ditekan akibatnya pertumbuhan ekonomi bisa tetap dijaga.
Sedangkan untuk target nilai tukar rupiah, ia tidak mau menanggapinya. "Saya telah berbicara dengan beberapa inbvestor asing dan dalam negeri untuk menjelaskan kesiapan pemerintah Indonesia menghadapi rencana penarikan quantitative easing, mereka menyambut positif," katanya. Dengan begitu ia yakin kondisi pasar keuangan dan pasar saham akan segera merespon positif semua langkah kebijakan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News