kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah akan terbitkan SBSN berupa Tabungan


Selasa, 24 Februari 2015 / 15:20 WIB
Pemerintah akan terbitkan SBSN berupa Tabungan
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan lantai di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Tribunnews/Jeprima


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tidak cukup dengan saving bond dan sukuk ritel (sukri), pemerintah bakal menjajal satu instrumen utang baru. Instrumen tersebut bernama Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tabungan atau sukuk tabungan.

Payung hukum penerbitan SBSN tabungan telah dirilis pemerintah dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 19/PMK.08/2015 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN Tabungan. Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Schneider Siahaan mengatakan SBSN tabungan hampir mirip dengan instrumen saving bond.

"Ini adalah saving bond dalam bentuk syariah," ujarnya, Selasa (24/2). Apabila sukri bisa dijual namun saving bond dan SBSN tabungan tidak bisa dijual.

Alasan pemerintah menerbitkan sukuk tabungan adalah untuk diversifikasi pembiayaan. Di sisi lain, dengan instrumen ini masyarakat diajarkan untuk disiplin dalam hal keuangan karena uang yang disimpan tidak bisa dijual.

Menurut Schneider, nantinya penerbitan SBSN tabungan akan menggunakan underlying asset. Yang akan dijadikan underlying atau jaminan kemungkinannya adalah aset atau proyek dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seperti sukri.

Sama seperti penjualan ritel lainnya, penjualan sukuk tabungan dilakukan melalui agen penjual seperti bank, perusahaan efek, dan pihak lainnya yang dapat melakukan penjualan produk keuangan ritel. Nantinya akan ada minimal dan maksimal penyimpanan sukuk tabungan seperti saving bond.

Mengenai berapa minimal dan maksimalnya, Schneider belum dapat menjelaskan. Sekedar gambaran, dalam saving bond pembelian minimal adalah Rp 5 juta dan maksimal Rp 5 miliar per orang. Tenornya sendiri, diakuinya, akan kurang lebih sama dengan tenor saving bond yaitu 3 tahun. "Tidak bisa panjang. Takut tidak ada pasarnya," terangnya.

Adapun penerbitan sukuk tabungan ini tidak akan dilakukan pemerintah pada tahun ini dan baru tahun depan akan diterbitkan. Untuk tahun ini pemerintah cukup menerbitkan sukri dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×