kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pembatasan BBM Membawa Dilema, Beban Fiskal Berkurang, tapi Daya Beli Lesu


Selasa, 17 September 2024 / 06:00 WIB
Pembatasan BBM Membawa Dilema, Beban Fiskal Berkurang, tapi Daya Beli Lesu
ILUSTRASI. Pembatasan subsidi BBM menjadi dilema. Di satu sisi mengurangi beban fiskal, tetapi di sisi lain akan berefek ke daya beli. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/tom.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan membatasi penjualan bahan bakar minyak (BBM) subsidi, yakni BBM jenis Pertalite dan Biosolar mulai 1 Oktober 2024.

Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyono menilai, pembatasan subsidi ini menjadi dilema. Sebab, sejatinya kebijakan ini baik untuk kesehatan fiskal dan untuk memastikan subsidi BBM ini tepat sasaran.

Menurutnya, masyarakat mampu perlu didorong memakai BBM beroktan tinggi, sehingga lingkungan lebih terjaga.

“Sayangnya, rencana implementasi di situasi daya beli para pengguna BBM jenis subsidi kompensasi tersebut sedang di dalam tren menurun tajam. Sehingga, implikasi bukan lagi ke inflasi yang saat ini sedang tren deflasi, tetapi pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan,” tutur Eko kepada Kontan, Senin (16/9).

Baca Juga: Inflasi Bakal Terkerek 3,5% Jika Pemerintah Batasi BBM Bersubsidi

Eko menilai, apabila pembatasan BBM subsidi ini diberlakukan maka kondisi daya beli masyarakat sedang menurun akan semakin tergerus.

“Bukan karena perusahaan tempat mereka bekerja kalah kompetisi, atau jualan mereka lesu, tapi karena beratnya beban fiskal pemerintah menanggung kompensasi BBM,” tambahnya.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti memperkirakan inflasi diperkirakan akan meningkat akibat pembatasan BBM bersubsidi.

“Tetapi jika pemerintah tetap memberikan prioritas pada angkutan umum untuk menggunakan BBM bersubsidi, maka dampak kenaikan inflasi bisa diredam,” kata Esther.

Sebelumnya, Esther juga menyampaikan, kebijakan pembatasan BBM bersubsidi tersebut kurang tepat dilakukan saat ini. Pasalnya daya beli masyarakat sedang mengalami pelemahan.

“Kalau kita lihat bahwa opsi pembatasan Pertalite ini ke depannya tentu tidak tepat saat ini. Karena kita lihat kondisi daya beli masyarakat sekarang relatif menurun,” tutur Esther dalam agenda Diskusi Publik - Moneter dan Fiskal Ketat, Daya Beli Melarat, Kamis (12/9).

Baca Juga: Pemerintah Perketat Penyaluran Subsidi, Begini Salah Satu Langkahnya

Ia menilai, memang dengan adanya pembatasan ini akan berdampak baik pada penghematan fiskal, akan tetapi harus tetap adil, mengingat akan berdampak pada banyak aspek.

Dengan adanya pembatasan ini, dikhawatirkan masyarakat khususnya kelas menengah akan semakin menurun. Diperparah dengan kondisi penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih terbatas.

“Kita lihat lagi kenaikan inflasi, itu ternyata tidak sebanding dengan kenaikan upah. Alangkah baiknya jika kebijakan ini dipertimbangkan lagi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×