kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Peluang kenaikan The Fed rate besar, BI tetap santai


Kamis, 01 Maret 2018 / 20:17 WIB
Peluang kenaikan The Fed rate besar, BI tetap santai
ILUSTRASI. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed diprediksi bakal mengerek suku bunga empat kali tahun ini. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menegaskan hal tersebut belum cukup kuat untuk mengerek suku bunga acuannya.

“Jangkarnya mengacu pada apa yang terjadi dengan inflasi karena mandat utama BI adalah menjaga inflasi. Kalau nanti meski ada kenaikan suku bunga di AS, tapi tekanan inflasi masih terjaga, pemerintah masih bisa upayakan supaya harga BBM dan tarif listrik stabil sehingga inflasi sepanjang tahun masih dalam kisaran target BI 3,5% plus minus 1%,” ujarnya Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi, Kamis (1/3).

Doddy mengatakan, sepanjang pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, kemungkinan inflasi masih dalam kisaran. Sementara, bila ada penyesuaian harga Pertamax, maka dampaknya akan kecil.

“Kalau berdampak, tidak akan lewat dari kisaran yang ditetapkan. Yang akan kena itu kalau nonsubsidi yang disesuaikan,” ujar dia.

Ia menjelaskan, BI sebenarnya juga sudah berhati-hati dengan situasi ini. Hal ini terlihat dari BI terakhir menurunkan suku bunganya pada Agustus 2015.

“Kami sudah memperkirakan AS akan menaikkan suku bunga tahun ini, harga minyak naik, pengetatan kebijakan di banyak negara. Jadi suku bunga tidak lagi diturunkan, tetapi kami coba dengan kebijakan makroprudensial,” kata Doddy.

Asal tahu saja, Nilai tukar rupiah masih tak kuat uji nyali menghadapi dollar Amerika Serikat (AS). Kamis (1/3), kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah di Rp 13.793 per dollar AS, melemah 0,63% ketimbang posisi kemarin.

Kondisi disebabkan oleh faktor global, khususnya di AS di mana banyak angka-angka bagus dari AS yang mengindikasikan ekonomi di sana tumbuh sehingga suku bunga di AS akan naik. Ditambah lagi dengan pidato Jerome Powell yang dibaca sebagai hawkish oleh market.

“Sehingga menaikkan suku bunga di sana peluangnya makin besar. Ini bukan tiga kali lagi kenaikannya. Bisa jadi lebih dari tiga dan mengarah ke empat kali,” kata Doddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×