Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan barang Juli 2023 berpotensi tetap surplus. Namun, akan menurun dari surplus pada bulan sebelumnya.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menghitung, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli 2023 berada di kisaran US$ 2,5 miliar hingga US$ 3 miliar.
Ini menyusut, bila dibandingkan surplus neraca perdagangan barang pada bulan Juni 2023 yang sebesar 3,45 miliar.
Riefky mengungkapkan, penurunan surplus pada bulan Juli 2023 ini didorong oleh perlambatan ekspor.
"Dugaan kami, ada perlambatan ekspor, terutama akibat melemahnya perekonomian China," terang Riefky kepada Kontan.co.id, Minggu (13/8).
Riefky sebelumnya mengungkapkan, peristiwa yang terjadi di China, tentu akan membawa dampak ke Indonesia, salah satunya datang dari jalur perdagangan.
Baca Juga: Kenaikan Impor Lebih Tinggi, Surplus Neraca Dagang RI Diprediksi Menyusut
Bahkan, dampaknya sudah dirasakan oleh Indonesia akhir-akhir ini, yaitu dari penurunan ekspor.
Seperti kita ketahui, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Pada tahun lalu, porsi ekspor Indonesia ke China sekitar 22,6% dari total ekspor Indonesia.
Memang, perkembangan ekonomi Negara Tirai Bambu tengah menjadi isu hangat akhir-akhir ini.
Pembukaan kembali ekonomi China rupanya tak mendorong roda perekonomian untuk berputar lebih cepat.
Bila menilik data Bea Cukai China, aktivitas perdagangan internasional China menurun di bulan Juli 2023. Impor China turun 12,4% dan ekspor China turun 14,5%.
Bahkan, Riefky menilai dampak ini belum seberapa. Masih ada kemungkinan perlambatan permintaan dari China akan lebih besar lagi, sehingga lampu merah bagi kinerja ekspor.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Juli 2023 Diprediksi Turun
Riefky pun mengimbau, pemerintah untuk mengambil kuda-kuda. Selain itu menanggulangi dampak negatif saat ini, juga untuk mengantisipasi kemungkinan yang sama di masa depan.
Yang perlu dilakukan adalah dengan diversifikasi pasar ekspor dan impor. "Sehingga, kita tidak bergantung besar pada China," tambah Riefky.
Lebih lanjut, dengan mempertimbangkan dinamika tersebut, Riefky pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 sebesar 4,9% yoy hingga 5,0% yoy.
Ini melambat dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomI indonesia pada tahun 2022 yang sebesar 5,31% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News