kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.329   17,00   0,10%
  • IDX 6.747   -55,78   -0,82%
  • KOMPAS100 996   -9,48   -0,94%
  • LQ45 770   -7,15   -0,92%
  • ISSI 211   -0,88   -0,42%
  • IDX30 399   -2,65   -0,66%
  • IDXHIDIV20 482   -2,05   -0,42%
  • IDX80 113   -1,03   -0,90%
  • IDXV30 119   0,04   0,03%
  • IDXQ30 131   -0,84   -0,64%

Pelaku UMKM masih kesulitan menjalankan wajib sertifikasi halal


Minggu, 24 November 2019 / 16:37 WIB
Pelaku UMKM masih kesulitan menjalankan wajib sertifikasi halal
ILUSTRASI. Seorang pekerja menyiapkan makanan di Kedai Yong Bengkalis yang sudah mengantongi sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (9/4/2019). Pemprov Riau pada April ini menerbitkan Peraturan Gubernur Riau tentang Pariwisa


Reporter: Abdul Basith | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih kesulitan menjalankan wajib sertifikasi halal. Padahal ketentuan tersebut sudah berlaku sejak 17 Oktober 2019 lalu.

Namun, hingga saat ini belum ada sosialisasi terkait tata cara serta biaya sertifikasi halal untuk UMKM. "Betul, sekarang UMKM masih banyak belum mengurus sertifikasi halal," ujar Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (24/11).

Baca Juga: Berdayakan masyarakat di era ekonomi digital, Yenny Wahid luncurkan Toko Awadah

Masalah kepastian tarif penting bagi pelaku UMKM. Pasalnya pelaku UMKM menunggu kepastian keringanan biaya sertifikasi halal dibandingkan industri besar. Selain itu tata cara juga perlu diketahui oleh UMKM. Hal itu termasuk apakah sertifikasi halal dilakukan untuk satu toko atau dilakukan untuk setiap produk.

Ikhsan bilang perlu ada sosialisasi yang cepat bila tujuan sertifikasi halal hendak dicapai. Saat ini dinilai masih banyak pelaku UMKM belum memahami sertifikasi halal termasuk juga publik.

Baca Juga: Soal jaminan produk halal, BPJPH masih tunggu tarif UMKM dari Kemenkeu

Sementara itu bagi pengusaha makanan dan minuman (mamin) telah mendapat kejelasan. Sertifikasi halal oleh MUI sudah bisa kembali dilakukan.

"Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sudah ditetapkan sebagai Lembaha Pemeriksa Halal (LPH)," terang Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman.

Keputusan tersebut membuat sistem sertifikasi online LPPOM (CEROL) kembali dapat digunakan. Hal ini memberikan kepastian kepada pengusaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×