kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Para caleg lebih royal di Pemilu 2014


Minggu, 27 April 2014 / 20:13 WIB
Para caleg lebih royal di Pemilu 2014
ILUSTRASI. Momentum peristiwa di akhir tahun 2022, menyokong kinerja sektor media.


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Biaya kampanye yang dikeluarkan calon legislatif (caleg) tahun ini ditaksir naik jika dibandingkan dengan biaya kampanye yang dikeluarkan caleg periode sebelumnya.

Namun, diperkirakan pula, biaya kampanye yang dikeluarkan caleg dari tingkat DPR tidak jauh berbeda dengan biaya kampanye yang dikeluarkan caleg di tingkat provinsi.

Pengamat Politik dari Universitas Airlangga, Haryadi, menilai, pemilu kali ini berbeda dengan 2009 lalu, dimana caleg hanya menyapa masyarakat saja sudah cukup.

Pada pemilu tahun ini, caleg lebih sadar akan pragmatisme dari masyarakat, sehingga peran uang menjadi kian besar. Oleh karena itu, banyak caleg yang saat ini fokus membidik masyarakat pragmatis itu.

"Sementara yang lain juga melakukan yang sama. Akhirnya masyarakat pragmatis berpesta pora," kata Haryadi.

Sementara itu lanjut Haryadi, caleg setengah petahanan (incumbent), yakni anggota dewan yang maju dari tingkat kabupaten kota atau provinsi ke tingkat di atasnya, otomatis mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan caleg penuh yakni anggota DPR RI yang kembali maju sebagai caleg DPR.

Hal tersebut terjadi karena dana yang diberikan kepada caleg setengah incumbent tersebut cenderung lebih terbatas dibandingkan dengan caleg penuh.

Bahkan, Haryadi menyebutkan, biaya kampanye yang dikeluarkan caleg dari non Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) cenderung lebih besar dibandingkan dengan caleg dari PDIP. Sejak dideklarasikannya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDIP, para caleg lainnya berjuang lebih keras untuk mendapatkan suara lebih banyak.

"Biaya itu sangat besar, terutama caleg non-PDIP yang lebih banyak mengeluarkan biaya sejak diumumkannya Pak Jokowi sebagai capres. Kalau caleg dari PDIP kan mereka berharap dari Jokowi effect," tambah Haryadi.

Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia Effendi Ghazali mengaku, dirinya masih menghimpun data mengenai dana yang dikeluarkan oleh para caleg yang lolos ke Senayan. Sejauh ini, berdasarkan informasi yang diterima Effendi, dana kampanye yang dikeluarkan caleg yang berhasil lolos menduduki kursi DPR mulai dari Rp 300 juta sampai Rp 3,5 miliar.

"Secara umum dari responden-responden, mereka mengatakan ada peningkatan dana karena semua orang melakukan (politik uang) itu hal yang biasa," kata Effendi.

Sementara itu, Ketua Komisi VII Sutan Bathoegana yang kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI mengaku mengeluarkan biaya Rp 1,5 miliar untuk ikut menjadi caleg. Angka itu kata Sutan, hampir setengahnya dari yang dana kampanye yang ia keluarkan pada periode 2009.

"Rp 1,5 miliar. Setiap pertemuan Rp 20 juta, tinggal dikalikan saja itu. Tahun lalu setengah Rp 700-an," kata Sutan.

Sutan yang diprediksikan gagal kembali sebagai anggota parlemen mengaku, bahwa peningkatan biaya terjadi lantaran harga yang serba naik. Ditambah strategi lawan yang cukup kompetitif. Namun Sutan membantah jika dikatakan dirinya terlibat dalam praktik uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×