Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laksamana Agus Suhartono, menyatakan bahwa siaga satu yang diputuskan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, ketika rapat kabinet dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, pada Kamis lalu, 21 April 2011, telah diturunkan menjadi siaga tiga.
Menurut Agus, siaga satu dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan aksi terorisme atas terungkapnya 19 tersangka bom buku dan ditemukannya beberapa bom di gereja.
"Demi kenyamanan dan keamanan maka presiden memerintahkan aparat keamanan Polri dan TNI menyatakan siaga satu untuk meningkatkan kewaspadaan aksi terorisme. Ini berkaitan isu terorisme berkaitan dengan hari keagamaan, supaya berjalan dengan baik," ujar Agus ketika rapat kerja dengan Komisi I, Nusantara II, 26/4.
Namun, ia kembali menegaskan jika siaga satu telah diturunkan menjadi siaga tiga. Tapi, ia tetap mengimbau agar masyarakat Indonesia tetap waspada atas aksi-aksi teroris."Senin kemarin sudah siaga 3, tapi tetap kewaspadaan terhadap terorisme," tambahnya.
Menurut Agus, indikasi penurunan dari siaga 1 menjadi siaga 3 didasarkan beberapa kriteria. Ketika ditanya lebih detail Agus enggan menjawab apa saja kriteria siaga 3.
"Justin Bieber saja aman kok. Jadi siaga 3 itu kan situasi keamanan tetap ada tetapi jumlah pengamanan dikurangi. Tetapi tingkat kesiapan itu tetap ada. Ya sudah, relatif aman, mudah-mudahan enggak ada apa-apa," tutupnya.
Di satu sisi Anggota Komisi I, Tri Tamtomo, mengaku sedikit mempertanyakan kenapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan siaga 1. Padahal, menurutnya siaga 1 patut dikeluarkan jika sudah mengancam kedaulatan bangsa.
"Aturan siaga 1 ini harusnya paham. Jika menyatakan siaga 1 ini tentu akan menyinggung sendi-sendi Indonesia yang lain. Tanggal 13 dan 15 Mei 1998 mengenai kerusuhan reformasi, sidang MPR, peristiwa 27 Juli itu baru siaga 1," ujar Tri Tamtomo ketika rapat kerja berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News