Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan virus corona (Covid-19) sebagai ancaman terbesar perekonomian dunia sejak periode krisis finansial pada 2008-2009 silam.
Dalam laporan Interim Economic Outlook, Senin (2/3), OECD mengkaji dua skenario yaitu skenario terbaik (best-case scenario) di mana dampak corona dapat segera teratasi, serta skenario terburuk yaitu terjadinya efek domino dari perluasan wabah corona di dunia.
Dalam dua skenario tersebut, OECD tetap meminta pemerintah untuk bertindak secara segera untuk membatasi merebaknya virus corona, melindungi warga dan sektor usaha dari efek virus corona, serta menopang tingkat permintaan dalam perekonomian.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, yield SUN diprediksi terus naik
"Virus ini berisiko memberikan pukulan lebih lanjut terhadap ekonomi global yang sudah dilemahkan oleh ketegangan perdagangan dan politik. Pemerintah perlu segera bertindak untuk mengatasi epidemi, mendukung sistem perawatan kesehatan, melindungi orang, menopang permintaan, dan menyediakan jalur finansial bagi rumah tangga dan bisnis yang paling terpengaruh,” tulis Kepala Ekonomi OECD Laurence Boone dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (2/3).
Bahkan dalam skenario best-case, OECD memproyeksi penurunan tajam pada pertumbuhan ekonomi dunia di semester I-2020. Ini sejalan dengan terpukulnya rantai pasok dan komoditas, sektor pariwisata, dan keyakinan pelaku usaha akibat wabah virus corona.
“Pertumbuhan ekonomi global tampaknya akan jatuh ke level 2,4% untuk setahun penuh ini, dari pertumbuhan tahun lalu yang sudah lemah yaitu 2,9%. Harapannya, pertumbuhan bisa meningkat secara moderat ke 3,3% pada 2021,” sambung Laurence.
Prospek pertumbuhan ekonomi China juga telah direvisi ke bawah secara tajam yaitu di bawah 5% untuk tahun ini, setelah pada tahun lalu mencatat laju pertumbuhan pada level 6,1%.
Namun pada skenario terburuk, yaitu jika wabah semakin luas merebak di kawasan Asia Pasifik maupun kawasan negara ekonomi maju, proyeksi OECD terhadap pertumbuhan ekonomi dunia menjadi jauh lebih rendah lagi yaitu hanya 1,5% untuk tahun 2020 — separuh dari proyeksi awal OECD terhadap perekonomian global pada November 2019 lalu.
Tindakan pengendalian dampak Corona dan hilangnya keyakinan pelaku ekonomi akan memukul produksi dan pengeluaran, serta mendorong beberapa negara masuk ke dalam resesi, termasuk Jepang dan kawasan Eropa.
Baca Juga: Gara-gara wabah corona, sejumlah negara membatasi kegiatan di tempat umum
Oleh karena itu, OECD menyarankan agar pemerintah menerapkan kebijakan bekerja yang fleksibel bagi para pekerja. Selain itu, pemerintah juga diminta menerapkan kebijakan perpajakan dan anggaran yang bersifat sementara untuk meredam dampak corona di sektor-sektor yang paling terpengaruh seperti sektor pariwisata dan perjalanan, hingga industri elektronik dan kendaraan mobil.
Di negara-negara yang paling terdampak, OECD mengingatkan agar likuiditas yang cukup harus tersedia untuk memungkinkan bank membantu perusahaan yang menghadapi masalah arus kas di tengah situasi perekonomian saat ini.
"Jika epidemi menyebar luas, ekonomi G20 harus memimpin kerangka kerja internasional yang terkoordinasi untuk dukungan perawatan kesehatan, dikombinasikan dengan stimulus fiskal dan moneter terkoordinasi untuk membangun kembali kepercayaan,” tambah OECD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News