Reporter: Gloria Haraito |
JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) membantah pihaknya kurang membayar upah lembur karyawan.
Sebelumnya, Serikat Pekerja (SP) PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) kembali menggelar aksi mogok kerja. Kali ini, SP NNT menuntut perusahaan membayar kompensasi atas upah lembur yang ditaksir mencapai Rp 120 miliar sampai Rp 130 miliar.
Kasan Mulyono, Manajer Humas NNT mengatakan, aksi mogok karyawan ini tergolong lucu. "Mereka sudah tanda tangan kok sekarang malah protes," tutur Kasman.
Kasan bercerita, kronologis permasalahan antara SP dengan NNT berawal pada 24 Juni 2010 lalu. Saat itu, NNT menerima surat dari Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi NTB terkait kemungkinan pembayaran upah lembur kepada karyawan.
Terkait surat itu, menurut Kasan, NNT masih berupaya memperoleh kepastian hukum mengenai pembayaran yang diminta tersebut. Hak perusahaan memperoleh kepastian hukum ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja NTB pada 16 Juli. Nah, pada 22 Juli, NNT dan SP mengadakan pertemuan resmi pertama. Keduanya berencana berunding membahas masalah ini. Sayang, dalam perundingan tersebut kedua pihak tidak menemui kata sepakat sehingga di akhir rapat SP mengatakan akan melakukan mogok kerja.
Menurut Kasan, jumlah karyawan yang melakukan aksi protes di kantor administrasi cuma berkisar 300 orang sampai 400 orang. Itu sebabnya, aksi mogok ini tak mempengaruhi aktivitas tambang.
Melihat tututan SP NNT yang sebesar Rp 130 miliar, Kasan belum mau komentar. Meski begitu, ia mengelak dikatakan NNT mangkir dari tanggung jawab. "Kami akan cari kepastian hukum dulu soal perhitungan itu, kalau memang perhitungan itu benar, kami akan bayar," lanjut Kasan.
Agar masalah ini cepat beres, NNT menghimbau SP di tambang tembaga dan emas Batu Hijau segera kembali ke meja perundingan dan menghentikan mogok kerja. Darren Hall, Manajer Umum Operasional NNT bilang, perusahaan tetap ingin melanjutkan perundingan untuk menemukan penyelesaian yang adil dan bertanggung jawab.
Sepanjang kuartal II-2010, produksi emas di Batu Hijau mencapai 82.000 ounce. Sementara produksi tembaga di lahan yang sama mencapai 65 juta pound. Produksi ini masing-masing meningkat 49% dan 27% dari produksi kuartal II-2009.
Di sisi lain, biaya penambangan emas mencapai US$ 294 per ounce, sedangkan biaya penambangan tembaga mencapai US$ 0,66 per pound. Biaya ini meningkat masing-masing 28% dan 14%. Peningkatan biaya tambang ini disebabkan karena perusahaan harus menanggung tambang yang sudah tidak berproduksi, biaya produksi yang tinggi, serta curah hujan yang menghambat produksi.
NNT menargetkan produksi emas tahun ini bisa mencapai 350.000 ounce hingga 400.000 ounce. Sementara produksi tembaga ditargetkan bisa menyentuh 265 juta pound sampai 290 juta pound. Adapun biaya rata-rata diprediksi bisa berkisar US$ 265-US$ 285 per ounce untuk emas dan US$ 0,75-US$ 0,85 per pound untuk tembaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News