kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

New normal jadi harapan terakhir industri manufaktur untuk bangkit dari mati suri


Rabu, 03 Juni 2020 / 07:20 WIB
New normal jadi harapan terakhir industri manufaktur untuk bangkit dari mati suri
ILUSTRASI.


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persiapan pelaksanaan pelonggaran aktivitas perekonomian new normal menjadi kabar menggembirakan bagi pelaku usaha.

Meskipun efektifitas pelaksanaan new normal ini belum bisa di prediksi, tapi setidaknya bisa merangsang aktivtasi produksi bagi industri manufaktur yang saat ini sedang sekarat.

Seperti kita tahu saat ini kinerja sektor manufaktur dalam negeri masih jauh dari sehat. Hal ini akibat wabah Covid-19 yang masih menyebar di dalam negeri.

Berdasarkan laporan IHS Markit, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan Mei berada di angka 28,6. Posisi ini naik tipis dari bulan April yang sebesar 27,5.

Meski naik tipis, PMI Manufaktur Indonesia masih berada pada fase kontraksi alias penurunan (di bawah 50). Bahkan, indeks tersebut menandai posisi terendah kedua sepanjang pencatatan sejak April 2011 lalu.

Berdasarkan laporan tersebut, penurunan indeks disebabkan oleh tindakan pencegahan lanjutan penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Akibatnya, terjadi penutupan sektor bisnis nonesensial secara besar-besaran, dan kemandekan di sektor transportasi.

Tercatat, volume produksi dan permintaan baru juga menurun tajam setelah mencatatkan kontraksi terparah pada April 2020.

Sektor industri juga masih banyak yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan. Survei kali ini juga mencatat tingkat pengangguran tertinggi yang pernah dilaporkan.

Hal itu sejalan dengan berkurangnya aktivitas pembelian dan inventaris input. Sementara, biaya input kembali naik disebabkan oleh kurangnya material dan melemahnya nilai tukar rupiah.

"Produksi dan permintaan baru terus mengalami penurunan drastis. Hal ini akhirnya memaksa pelaku industri untuk mengurangi lapangan kerja, pembelian, dan persediaan guna memangkas biaya di tengah ancaman penutupan bisnis secara besar-besaran," kata Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw dalam keterangannya, Selasa (2/6).

Aktivitas pembelian juga terus menurun dengan tingkat penurunan tercepat kedua dan terparah sepanjang catatan survei. Sementara, stok pasca produksi menumpuk karena sejumlah industri menunjukkan bahwa barang, khususnya produk konsumer, banyak yang tidak terjual.

Sehingga, "Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan kedua, kemungkinan akan lebih buruk dibandingkan dengan tiga bulan pertama pada awal tahun 2020," tambah Aw.

Dengan pertimbangan pemerintah untuk membuka kembali perekonomian secara bertahap mulai Juni 2020, pihaknya melihat PMI Manufaktur bisa membaik pada bulan-bulan mendatang meski perlu upaya yang lebih besar untuk memulihkan.

Harapan new normal

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai, kenaikan tipis PMI manufaktur pada Mei dipengaruhi oleh wacana fase new normal yang memberikan optimisme bagi pelaku usaha.

"Cukup jelas bahwa new normal sangat ditunggu-tunggu oleh pelaku usaha," kata Shinta kepada KONTAN, Selasa (2/6).

Namun demikian, kata Shinta, para pelaku industri manufaktur masih memproyeksikan adanya kontraksi kinerja manufaktur dalam jangka pendek. Sebab, hingga kini belum bisa dipastikan apakah fase new normal bisa berjalan efektif. 

Artinya, selama new normal masih menjadi wacana dan belum efektif diimplementasikan di lapangan, Shinta merasa indeks PMI manufaktur juga tidak akan bergerak terlalu jauh dari level yang ada pada satu sampai dua bulan terakhir.

Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Apindo Bob Azam berharap, PMI Manufaktur bisa meningkat di atas 30 menuju 40. Namun, kenaikan tersebut tidak bisa didapatkan dalam waktu dekat dikarenakan membutuhkan waktu yang panjang.

"Kami berharap PMI bisa naik di atas 30 menuju 40, paling tidak sampai dengan akhir tahun 2020. Namun mudah-mudahan indeks PMI manufaktur di bulan Juni sudah bisa di atas level 30 sejalan dengan pemulihan ekonomi," kata Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×