kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Neraca Perdagangan Tekor US$ 270 juta


Senin, 01 September 2008 / 23:01 WIB


Reporter: Uji Agung Santosa,Badrut Tamam | Editor: Test Test

JAKARTA.  Neraca perdagangan Indonesia (NPI) kembali mengalami defisit. Di tahun 2008 ini adalah yang kedua, setelah sebelumnya terjadi pada April lalu. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan  nilai ekspor mencapai US$ 12,55 miliar, sementara impor US$ 12,82 miliar. "Neraca perdagangan Indonesia Juli defisit US$ 270 juta," kata Rusman, Senin (1/9).

Nilai ekspor Juli mengalami penurunan 2,65% dari bulan lalu. Ekspor migas turun 3,55% dari US$ 2,98 miliar jadi US$ 2,87 miliar. Adapun nilai impor Juli meningkat 6,59% dari Juni. Impor migas itu naik 27,88% menjadi US$ 3,57 miliar. Sedang impor nonmigas itu naik 72,12% menjadi US$ 9,24 miliar.

Secara kumulatif, dari Januari-Juli 2008, Indonesia masih alami surplus NPI sekitar US$ 5,15 miliar dengan total ekspor US$ 83,03 milliar dan impor sebesar US$ 77,88 milliar. "Kita perlu waspada karena surplus makin menipis," ujar Rusman. Lagi-lagi, Rusman menyebut penyebab defisit ini adalah penurunan ekspor minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Jika Juni lalu ekspor CPO masih US$ 2,06 miliar, bulan berikutnya menyusut hingga tersisa US$ 581 juta. Rusman menilai penurunan ekspor CPO ini terjadi karena harga CPO di pasar internasional sedang merosot, seiring ngedrop-nya harga minyak mentah. 

Sebenarnya, bukan cuma turunnya CPO yang menjadi masalah. Ekspor Indonesia itu 77% di antaranya adalah ekspor nonmigas. Sejak tahun 2000, ekspor barang manufaktur terus menurun perannya. Pada tahun 2000, ekspor barang manufaktur masih mencakup 44,5% dan kini di bawah 30%.  Sementara di sisi lain, porsi ekspor barang komoditas, termasuk CPO, terus meningkat. Tahun 2000, kontribusi ekspor komoditas masih 16,5%. Ekonom BCA David Sumual mengatakan separuh ekspor kita adalah komoditas.

Masalahnya, harga komoditas di pasar dunia saat ini sedang melemah. Tentu, pemerintah tak boleh hanya menunggu harga komoditas kembali menguat. "Pemerintah harus menggenjot ekspor barang manufaktur," kata David. Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan melihat defisit NPI ini sudah diantisipasi dengan pengembangan ekonomi dan investasi dalam negeri. "Defisit ini tidak berdampak terlalu buruk," kata Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×