kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Neraca perdagangan Mei 2013 kembali defisit


Senin, 01 Juli 2013 / 23:02 WIB
Neraca perdagangan Mei 2013 kembali defisit
ILUSTRASI. Kasus Covid-19 Omicron Naik Jadi 1.626, Ini Gejala Khas dan Perbedaan dengan Flu


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan mei masih mengalami defisit sebesar US$ 590 juta. Menurut Kepala BPS Suryamin, defisit neraca perdagangan ini disebabkan karena masih tingginya nilai impor, terutama di sektor migas yang mengalami kenaikan sebesar 3,06% dibanding bulan April 2013 menjadi US$ 13,23 miliar.

Total jumlah impor di bulan Mei 2013 mencapai 16,66 miliar. Sementara di sisi ekspor memang mengalami kenaikan, hanya saja kenaikan itu tidak bisa menutup besarnya kebutuhan impor. Adapun jumlah ekspor di bulan Mei hanyab mencapai US$ 16,07 miliar.

Kepala Badan Kebijakan FIskal Bambang Brodjonegoro mengatakan, meskiĀ  masih mengalami defisit pihaknya mengaku masih optimistis kalau neraca perdagangan masih bisa membaik. "Kedepan tergantung dengan ekspornya, bukan impor kalau harga komoditas ekspor naik di bulan Juli maka kemungkinan neraca perdagangan akan kembali surplus tipis," ujar Bambang, Senin (1/7) di Jakarta.

bambang juga menilai tingginya impor di sektor migas di sepanjang bulan Mei disebabkan karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Hal itu dikarenakan adanya ekspektasi masyarakat pada saat itu atas rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh BBM.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menilai sepanjang bulan Juni hinga Juli tingkat konsumsi diperkirakan masih akan tinggi. Dengan demikian tingkat impor juga masih akan tinggi. "Untuk tidak defisit sulit, saya hawatir bulan Juni-Juli masih akan defisit," katanya.

Namun, Sasmito mengaku jumlah ekspor diperkirakan akan mengalami perbaikan, terutama disebabkan naiknya sejumlah harga komoditas seperti Crude Palm Oil (CPO). Menurutnya CPO akan mengalami kenaikan hingga 5%, sementara komoditas lainnya seperti kopi akan mengalami penurunan dan batubara akan berada di lebvel stagnan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×