kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,79   0,77   0.09%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca pembayaran bisa surplus


Senin, 26 Oktober 2015 / 13:45 WIB
Neraca pembayaran bisa surplus


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Setelah mencatatkan defisit US$ 2,93 miliar pada kuartal II-2015, Bank Indonesia (BI) optimistis neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2015 bisa surplus.

Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menjadi penopang utama.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menyatakan, fundamental ekonomi mulai mengalami perbaikan pada kuartal III.

Hal itu juga akan memperbaiki CAD dan akan berimbas pada perbaikan neraca modal.

"Jadi kalau current account membaik maka neraca modal juga akan membaik," kata Mirza, akhir pekan lalu.

BI pun sudah meyakini CAD kuartal III membaik ke 1,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit tersebut lebih sempit ketimbang CAD kuartal II-2015 sebesar US$ 4,5 miliar atau 2,1% dari PDB.

Sementara itu, defisit tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan kuartal III 2014 sebesar US$ 6,84 miliar atau 3,07% dari PDB.

Perbaikan CAD tersebut ditopang dari surplus neraca perdagangan selama Juli hingga September 2015.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Juli US$ 1,33 miliar, Agustus US$ 433,8 juta dan September US$ 1,02 miliar.

Dengan demikian, total surplus triwulan ketiga mencapai US$ 2,78 miliar.

Dengan perbaikan CAD tersebut, lanjut Mirza, maka investasi di portofolio juga akan membaik karena adanya arus masuk (inflow) di portofolio.

Sementara itu, perbaikan investasi asing langsung atawa foreign direct investment (FDI) juga akan membaik seiring dengan adanya paket-paket ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah.

Meski demikian, dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Juda Agung mengatakan, selama September 2015 saja terjadi net outflow sebesar US$ 540 juta.

Hal tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah terjerembab ke kisaran Rp 14.081-Rp 14.657 per dollar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

Tapi dengan proyeksi terbaru tentang NPI, nilai tukar rupiah diperkirakan sedikit menguat.

Adapun posisi utang luar negeri (ULN) korporasi hingga Agustus  sebesar US$ 169,26 juta, turun dibandingkan dengan posisi Juni 2015 sebesar US$ 169,44 juta.

Awasi cadangan devisa

Berbeda dengan prediksi BI, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih yang melihat neraca pembayaran pada kuartal III masih akan mencatatkan defisit.

Hal tersebut tampak pada penurunan cadangan devisa yang cukup tajam selama Juli-September 2015.

Posisi cadangan devisa hingga akhir September 2015 sebesar US$ 101,7 miliar, susut US$ 6,3 miliar dibanding kan dengan posisi cadangan devisa akhir Juni lalu sebesar US$ 108 miliar.

Penurunan tersebut lebih besar dibandingkan penurunan cadangan devisa periode Maret hingga Juni lalu sebesar US$ 3,6 miliar.

"Penurunan cadangan devisa yang cukup besar mencerminkan besarnya arus keluar di portofolio sehingga investasi portofolio saya kira masih negatif," kata Lana.

Sementara itu, investasi lainnya diproyeksikan Lana juga menurun. Hal ini tampak pada posisi ULN korporasi Agustus yang menurun dibandingkan bulan Juli dan Juni.

Sedangkan FDI, juga diproyeksikan belum ada peningkatan signifikan, apalagi dampak paket kebijakan baru terasa di jangka panjang.

Oleh karena itu menurut Lana, neraca modal dan finansial masih akan mencatatkan posisi negatif atau defisit.

Sementara neraca transaksi berjalan juga mencatatkan defisit sehingga NPI juga defisit.  

NPI negatif terjadi akibat cadangan devisa turun.

Penurunan itu imbas upaya BI menstabilkan rupiah.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×