Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3 miliar. Catatan ini terpantau menurun 3,39% dibandingkan posisi akhir April 2023 yang sebesar US$ 144,2 miliar.
Meski tetap tergerus pada bulan Mei 2023, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyebut cadangan devisa tetap kuat menahan pergerakan rupiah di tengah ketidakpastian global.
"Lebih dari cukup untuk menjaga pergerakan rupiah," tegas David kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6).
David mengatakan, tantangan rupiah dalam jangka pendek datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: Akhir 2023, Cadangan Devisa Indonesia Berpotensi Tembus US$ 155 Miliar
Bila menilik Fed Fund Future, kurang lebih 60% suara memperkirakan kembali adanya kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Juni 2023. David pun memperkirakan, nilai tukar rupiah dalam jangka pendek berpotensi melemah di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.100 per dolar AS.
Meski ada potensi tersebut, David justru melihat ada kemungkinan kenaikan cadangan devisa pada Juni 2023. Ini karena pada Juni 2023 tak ada siklus pembayaran utang seperti pada Mei 2023. Sehingga potensi kenaikan cadangan devisa terbuka lebar.
Sedangkan untuk jangka panjang atau hingga akhir tahun 2023. David memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 14.900 hingga Rp 15.500 per dolar AS.
Dengan dinamika yang ada, David meyakini cadangan devisa akan bergerak di kisaran US$ 135 miliar hingga US$ 145 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News