kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Meski melandai, Jokowi minta diwaspadai kasus corona gelombang kedua


Rabu, 19 Mei 2021 / 17:25 WIB
Meski melandai, Jokowi minta diwaspadai kasus corona gelombang kedua
ILUSTRASI. Meski kasus Covid-19 melandai, Jokowi minta diwaspadai kasus corona gelombang kedua.


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia diklaim telah menurun. Penurunan kasus aktif sebesar 48% dinilai menjadi bukti Indonesia telah melewati puncak penularan Covid-19.

Meski begitu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, seluruh daerah tetap harus mewaspadai adanya gelombang kedua. Perlu ketahanan dalam menjaga tren penurunan kasus di Indonesia.

"Kita harus memiliki ketahanan, memiliki endurance karena tidak mungkin selesai dalam waktu sebulan, dua bulan. Hati-hati gelombang kedua, gelombang ketiga," ujar Jokowi dalam pengarahan secara virtual kepada kepala daerah seluruh Indonesia, Selasa (18/5).

Jokowi menyebut pemantauan kasus menjadi kunci dalam mencegah terjadinya gelombang kedua. Saat ini, seluruh data penularan Covid-19 telah dapat dipantau secara terpusat.

Baca Juga: Pemerintah rogoh dana Rp 77 triliun untuk vaksin Covid-19 gratis

Namun, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, adanya manipulasi data kasus aktif Covid-19. Banyak daerah yang melakukan tes secara minim sehingga tak menggambarkan kondisi nyata kasus Covid-19.

"Banyak Forkopimda karena mengejar (zona penularan) hijau, kuning, merah, pengennya hijau testingnya disedikitin. Itu bisa meledak," terang Budi dalam acara yang berbeda.

Padahal, tes Covid-19 memiliki peran penting dalam mengatasi pandemi. Budi menyebut, daerah dengan rasio kasus positif atau positivity rate yang tinggi menunjukkan kemungkinan adanya kasus positif yang belum terdeteksi.

"Kalau positivity rate 25%, 30% itu pasti kurang tes, pasti banyak orang-orang sakit yang tidak terdeteksi," jelas Budi.

Oleh karena itu, daerah harus secara benar memberikan gambaran mengenai penularan Covid-19. Sebagai gambaran, berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 per Rabu (19/5), positivity rate harian Indonesia sebesar 13,93% sedangkan positivity rate mingguan sebesar 18,86%.

Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, Rabu (19/5): Tambah 4.871 kasus, ingat jaga jarak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×