kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   15.000   0,79%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Menteri enggan tanggapi permintaan maaf presiden


Selasa, 25 Juni 2013 / 12:39 WIB
Menteri enggan tanggapi permintaan maaf presiden
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta maaf kepada Singapura dan Malaysia akibat kiriman asap dari kebakaran hutan Riau ditanggapi dingin para menteri.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menolak menanggapi permintaan maaf SBY tersebut. Menurutnya permintaan maaf tersebut merupakan keputusan pribadi SBY. "Permintaan maaf itu sudah menjadi keputusan beliau (SBY)," ujar Agung kepada wartawan, Selasa (25/6).

Agung menolak berkomentar ketika ditanya apakah ungkapan permintaan maaf itu menunjukkan bahwa Indonesia mengaku bersalah atas kiriman asap ke negara tetangga tersebut. Menurut Agung, saat ini dirinya dan para menteri lainnya memilih fokus memadamkan api di hutan Riau.

Hal yang sama juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Ia menolak mengomentari permintaan maaf SBY tersebut. "Apa yang dikatakan Presiden sudah sangat jelas dan mendalam," elak Marty.

Padahal, sebelumnya kedua menteri tersebut menegaskan bahwa Indonesia tidak akan meminta maaf ke Singapura dan Malaysia. Menurut mereka, Indonesia tidak perlu didesak-desak memadamkan api karena sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Bahkan, dari hasil penyelidikan sementara beberapa perusahaan yang diduga penyebab kebakaran tersebut milik Malaysia dan Singapura. Jadi, jangan saat dapat untung kedua negara tersebut diam saja. Tapi, mereka berteriak ketika terkena dampaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×