kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Menkeu: Perekonomian 2015 konservatif


Kamis, 01 Mei 2014 / 13:36 WIB
Menkeu: Perekonomian 2015 konservatif
ILUSTRASI. Layanan solusi teknologi informasi?Galva Technologies


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Perekonomian Indonesia pada awal tahun kepemimpinan baru terlihat tidak jauh berbeda dengan tahun ini. Bayang-bayang risiko global serta domestik masih menjadi perhitungan yang berarti sehingga perekonomian cenderung konservatif alias stagnan dan mengalami perlambatan.

Lihat saja beberapa asumsi dasar makro ekonomi tahun 2015. Pertama, pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-6,3%. Dibanding asumsi tahun ini dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yang sebesar 6%, tentu kisaran pertumbuhan tahun depan tidak jauh berbeda. Bahkan batas bawah pertumbuhan sebesar 5,5% jauh di bawah target tahun ini.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan risiko global masih ada tahun depan. Kemungkinan tapering off Amerika Serikat dipercepat lalu menaikkan suku bunganya akan berpengaruh pada ekonomi domestik.

Selain itu perlambatan ekonomi China juga menjadi perhatian pemerintah. Apalagi perbaikan ekonomi Amerika, Jepang, dan Eropa belum bergerak cepat. "Makanya batas bawah di 5,5%," ujar Chatib, Rabu (30/4).

Namun apabila pemerintah bisa menjaga inflasi sehingga konsumsi rumah tangga tetap memberikan kontribusi sekitar 50% terhadap PDB, serta kebijakan Amerika bisa lebih terkendali maka pertumbuhan bisa mengarah ke level 6%.

Kedua, nilai tukar rupiah. Rupiah diperkirakan berada pada kisaran 11.500-12.000 per dolar AS. Chatib menjelaskan tapering off akan menyebabkan outflow atawa arus keluar. Kalau itu terjadi maka rupiah akan mengalami tekanan.

Di sisi lain, kalau negara mitra dagang terbesar Indonesia yaitu China mengalami perlambatan dan harga komoditi mengalami penurunan berarti ada tekanan dalam neraca dagang. Ini pun akan berpengaruh pada nilai tukar. 

Ketiga, inflasi. Inflasi tahun 2015 diproyeksikan berada pada kisaran 3%-5%. Inflasi yang relatif rendah ini, diakui Chatib belum memperhitungkan situasi apabila pemerintah baru melakukan kebijakan terhadap subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan kisaran rupiah 11.500-12.000 pada tahun depan adalah kisaran yang realistis. Indonesia memang mempunyai cukup banyak tantangan di antaranya adalah menurunkan defisit transaksi berjalan pada level yang lebih sehat. 

Mengenai pertumbuhan sendiri, Mantan Menteri Keuangan ini juga memproyeksikan pertumbuhan tahun depan berada pada kisaran 5,5%-6,1%. "Tahun 2015 kita sebut tahun konsolidasi untuk stabilisasi," tandas Agus.

Faktor yang sangat diperhatikan BI adalah Amerika. BI dan pemerintah sama-sama khawatir kalau negeri adikuasa tersebut akan melakukan percepatan suku bunganya lebih awal. Meskipun begitu, upaya jangka pendek yang harus dilakukan adalah memperbaiki neraca transaksi berjalan berikut neraca perdagangan agar stabilitas ekonomi Indonesia bisa terjadi pada tahun 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×