kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Mengukur ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi efek tapering The Fed


Rabu, 22 September 2021 / 09:50 WIB
Mengukur ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi efek tapering The Fed
ILUSTRASI. Mengukur ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi efek tapering The Fed


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengurangan injeksi likuiditas bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang dikenal dengan tapering, menjadi salah satu risiko yang bisa mengguncang perekonomian Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, The Fed akan melakukan tapering mulai November 2021 dan berlanjut di tahun 2022. "Baru, kemungkinan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate di kuartal III-2022," ujar Perry, Selasa (21/9).

BI juga telah melakukan uji ketahanan atau stress test terhadap perekonomian Indonesia untuk mengantisipasi dampak tapering off. Hasilnya menunjukkan, dampak taper off lebih rendah dari taper tantrum pada 2013 silam.

Ada tiga alasan BI lebih optimistis. Pertama, komunikasi The Fed terbuka baik kepada investor, media, maupun masyarakat dengan jelas menjelaskan dasar keputusan melakukan tapering. Misalnya pertumbuhan ekonomi AS positif, inflasi naik, dan tingkat pengangguran berkurang.

Baca Juga: Ini alasan BI memproyeksikan CAD 2021 ada dalam rentang 0,6%-1,4% dari PDB

Komunikasi yang baik ini diterima dan dipahami oleh pasar seperti tercermin dari suku bunga obligasi pemerintah AS yang tidak meroket tajam. "Bandingkan dengan taper tantrum 2013, dalam waktu satu dan dua bulan, yield US Treasury naik 3,5%. Kalau sekarang, kenaikannya tidak signifikan," kata Perry.

Kedua, BI bersama dengan pemerintah memperkuat koordinasi dalam melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan imbal hasil surat berharga negara (SBN).

Ketiga, ketahanan eksternal jauh lebih kuat dari 2013. Tercermin dari jumlah cadangan devisa yang tambun mencapai US$ 144,8 miliar per akhir Agustus 2021.

Baca Juga: Ingin bebas risiko keuangan di masa depan? Simak tips mengelola keuangan berikut


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×