Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
"Misalnya, DKI Jakarta melakukan PSBB ketat selama sebulan, dan terjadi penurunan angka kasus baru, dan memutuskan untk membuka atau meniadakan PSBB, pada kondisi tersebut bisa saja disebut gelombang pertama," kata Dicky.
Setiap wilayah berpotensi alami gelombang kedua
Menurut Dicky, selama solusi belum ada yaitu obat dan vaksin atau herd imunity terjadi, maka setiap wilayah akan berpotensi mengalami gelombang kedua atau ketiga.
Ini, Dicky menyebutkan, sama halnya seperti perjalanan panjang manusia saat pandemi flu pada 1918-1920 silam. Ia mengungkapkan, pandemi Covid-19 ini harus semua pihak pahami secara utuh.
"Saya melihat, pemerintah pusat atau daerah belum memahami ini. Terlihat dari pendekatan strategi masih belum menyentuh strategi utama pandemi yaitu tes trace treat dan isolate. Plus upaya pencegahan seperti pembatasan sosial dan fisik yang di dalamnya masuk PSBB, cuci tangan dan bermasker," papar Dicky.
Baca Juga: WHO: 90% kasus virus corona datang dari Eropa dan Amerika Serikat
Apakah jumlah kasus di gelombang kedua akan lebih tinggi dari gelombang pertama? Ia tak bisa menjawabnya, selama pemerintah belum mengetahui berapa sebetulnya jumlah penduduk yang telah terinfeksi Covid-19.
Solusinya bisa dengan cara meningkatkan tes secara masal dan agresif sehingga bisa memperkirakan jumlah yang positif.
"Namun, akan lebih tepat dan ideal bila melakukan juga survei serologi agar analisis yang didapat relatif lebih bisa dipercaya untuk menggambarkan berapa jumlah penduduk yang masih rawan," ujar Dicky.
Dia menambahkan, semakin besar jumlah penduduk yang belum terinfeksi, maka logikanya potensi penduduk yang akan terinfeksi dalam gelombang berikutnya akan semakin besar.
Baca Juga: China uji coba dua vaksin virus corona pada manusia
Penulis : Dandy Bayu Bramasta
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diprediksi Akan Terjadi, Apa Itu Gelombang Kedua Virus Corona?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News