kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menembus Pedalaman Papua demi Buka Isolasi Komunikasi


Sabtu, 30 April 2022 / 08:00 WIB
Menembus Pedalaman Papua demi Buka Isolasi Komunikasi


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - Suara helikopter memecah keheniangan pedalaman Papua siang itu. Tiga capung besi berkelir biru membawa "tamu" istimewa buat warga Desa Karye, Distrik Batani, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

Bukan, bukan pejabat yang helikopter itu bawa. "Tamu" istimewa yang datang ke kampung berjarak satu jam dari Bandara Sentani, Jayapura, dengan menggunakan heli itu adalah material base transceiver station (BTS) 4G. Menjadi "tamu" istimewa masyarakat Karye lantaran keberadaan BTS 4G akan membuka isolasi komunikasi mereka.

Saat ini, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) sedang membangun BTS 4G di Desa Karye, yang masuk daerah 3T atawa terdepan, terpencil, dan tertinggal.

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Karye tersebut merupakan satu dari 2.765 BTS 4G yang BAKTI Kominfo bangun di Papua dan Papua Barat pada tahap pertama. Perinciannya: 2.220 di Papua dan 545 di Papua Barat.

Hanya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan, pembangunan BTS 4G di Papua dan Papua Barat, terutama di daerah pegunungan seperti di Kabupaten Pegunungan Bintang, bukanlah pekerjaan mudah. "Tetapi, tantangan itu harus dihadapi. Kami harus berhasil," tegasnya.

Ya, pengiriman material menjadi salah satu tantangan utama pembangunan BTS 4G di pedalaman Papua dan Papua Barat. Sebab, untuk membawa material BTS 4G ke desa-desa yang terletak di pedalaman Papua dan Papua Barat tidak bisa melalui jalur darat, tapi mesti lewat udara menggunakan pesawat kecil seperti Cessna Caravan.

"Geografis masih menjadi tantangan, beberapa lokasi harus pakai helikopter untuk membawa material BTS," ungkap Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latif. Sebab, landasan pesawat, baik yang sudah beraspal maupun masih berupa rumput, hanya ada di distrik atau kecamatan.

Penggunaan helikopter juga lantaran tidak semua material BTS 4G bisa terangkut oleh pesawat karena ukurannya yang besar. Contoh, VSAT atau stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter sekitar tiga meter. Nah, helikopter membawa material BTS 4G dengan teknik sling load atau menggantungkan barang dengan tali.

Menurut Meita Dwivernia, Head of Supply Chain Management PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera (IBS), pemenang tender Paket 4 dan 5 Proyek BTS 4G BAKTI Kominfo, berat total satu BTS 4G mencapai 10 ton yang terdiri dari 51 item, termasuk solar panel dan sistem penyimpanan baterai, serta pagar dan bahan bangunan seperti semen. Tapi, "Material seberat 10 ton tidak termasuk pasir dan kerikil," ujar Meita.

Sebelum sampai ke lokasi pembangunan, IBS menempatkan material BTS 4G di regional warehouse. Salah satunya ada di Jayapura, yang merupakan regional werhouse terbesar. Dari Jayapura, IBS membawa material ke Bandara Senggeh yang terletak di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, melalui jalur darat dengan menggunakan truk. Jarak tempuhnya sekitar enam jam.

Dari Bandara Senggeh, IBS kemudian mendistribusikan material BTS 4G ke berbagai distrik, termasuk Nongme, dengan pesawat kecil. Nongme yang berada di Kabupaten Pegunungan Bintang menjadi salah satu titik pick up lone untuk helikopter mengantarkan material ke lokasi-lokasi pembangunan BTS 4G.

Tak heran, pengiriman material menyedot biaya paling besar dari proyek BTS 4G BAKTI Kominfo. Alhasil, rata-rata biaya pembangunan satu BTS 4G di Papua dan Papua Barat mencapai Rp 2,5 miliar. Padahal, biaya pembangunan satu BTS 4G yang pengiriman materialnya tidak memakai pesawat dan helikopter hanya sekitar Rp 1 miliar.

Meski begitu, pengiriman material BTS 4G melalui jalur udara di Papua dan Papua Barat bukan berarti tanpa kendala. "Kendala yang kami hadapi di Papua adalah kontur pegunungan, apalagi Papua termasuk tiga area penerbangan berbahaya di dunia," kata Roli Azfriansyah, pilot pesawat Cessna Caravan.

Belum lagi, Roli menambahkan, cuaca di daerah pegunungan Papua cepat berubah, dan tidak ada air traffic control di bandara-bandara yang ada di distrik. Sehingga, para pilot tak bisa mengecek kondisi cuaca yang valid dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Jadi, kami ketergantungan pada masyarakat untuk mengetahui kondisi cuaca," imbuhnya.

Hanya, dengan segala tantangan yang ada, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Pegunungan Bintang Alferus Sanuari meminta BAKTI Kominfo bisa menyelesaikan seluruh proyek BTS 4G di Papua dan Papua Barat. "Supaya daerah-daerah blank spot di wilayah pegunungan bisa kita hilangkan," katanya.

Direktur Utama BAKTI Kominfo memastikan, akan menyelesaikan seluruh proyek BTS 4G di Papua dan Papua Barat. "Kami ingin menorehkan sejarah, bagaimana dengan semua tantangan yang ada, kami tidak akan pernah terhenti, kami tidak akan pernah menyerah untuk membuat Indonesia terkoneksi," tegas Anang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×