Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu semakin gencar mengunjungi negara-negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menggalang dukungannya bagi pencalonannya sebagai direktur jenderal WTO. Pada 1 Maret 2013 lalu, Mari berkunjung ke Kairo, Mesir, untuk bertemu dengan Asisten Menteri Luar Negeri bidang ekonomi dan kerjasama internasional Magdy Ragdy dan First Undersecretary merangkap Kepala Pelayanan Komersial Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Anwar Ghany ElSahragty.
Selain hubungan bilateral antarkedua negara, pertemuan juga membahas mengenai pentingnya peran perdagangan bagi pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan, serta masa depan dari sistem perdagangan multilateral di bawah World Trade Organization (WTO)--yang masa jabatan Direktur Jendralnya akan berakhir pada 31 Agustus 2013.
Dalam siaran pers Senin (4/3/2013) dijelaskan, pembicaraan antarkedua pejabat tinggi berlangsung dalam suasana yang positif, terlebih karena Indonesia dan Mesir memiliki sejarah persahabatan yang panjang.
Pembicaraan antarkedua pejabat tinggi berlangsung dalam suasana yang positif, terlebih karena Indonesia dan Mesir memiliki sejarah persahabatan yang panjang.
Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946. Disampaikan pula pandangan kedua negara mengenai berbagai forum internasional seperti Organization of Islamic Development (OIC) dan gerakan non-Blok, untuk memastikan kepentingan strategis negara-negara ber kembang
Indonesia dan Mesir menilai pentingnya peran dari World Trade Organization (WTO). Aturan-aturan yang disusun WTO telah membawa manfaat bagi banyak negara termasuk negara berkembang seperti Indonesia dan Mesir, khususnya dalam mengede pankan sistem perdagangan yang adil dan transparan.
Selain berkomitmen untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral, Indonesia dan Mesir juga menekankan bahwa pembangunan adalah bagian yang tak terpisahkan dari negosiasi perdagangan. Peningkatan kapas itas dan bantuan perdagangan yang efektif untuk negara-negara berkembang harus dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen perjanjian perdagangan.
Indonesia yang akan menjadi tuan rumah pada konferensi WTO tingkat menteri di Bali bulan Desember mendatang, akan memprioritaskan pada penguatan institusi dan kemajuan proses negosiasi sebagai indikator kesuksesan.
Pada pembahasan sebelumnya disepakati bahwa indikator sukses diukur melalui tiga cara. Pertama, mencapai keseimbangan antara pengurangan tarif tahap aw al (early harvest ) dan penyelesaian negosiasi Doha setelah konferensi di Bali yang memiliki arti penting bagi negara berkembang.
Kedua, keseimbangan antara pengurangan tarif tahap awal dan paket fasilitasi perdagangan. Ketiga, peningkatan kapasitas yang ef ektif untuk memastikan agar negara kurang berkembang dan negara berkembang juga dapat memenuhi komitmen.
Efektivitas juga dapat diukur melalui kebutuhan adanya investasi, baik yang berkaitan dengan regulasi dan birokrasi (soft infrastructure) maupun inf rastruktur dalam arti fisik.
Indonesia dan Mesir sama-sama tergabung dalam organisasi G-20 yang mengedepankan kebijakan yang adil untuk perdagangan di sektor pertanian dengan melarang adanya kebijakan dalam negeri yang merugikan.
Kunjungan Mari Pange stu adalah menindaklanjuti kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Mesir saat menghadiri OIC pada 6-7 Februari 2012 lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, Dr. Mari Pangestu telah melakukan serangkai kegiatan yang berkaitan dengan pencalonannya sebagai Dirjen WTO.
Selain menyampaikan visi dan misinya pad a kesempatan pertemuan General Council di Jenewa beberapa waktu lalu, Mari Pangestu juga telah bertemu dengan perwakilan WTO dari sejumlah negara dan mengunjungi beberapa kota seperti Washington DC, Beijing, Brussels, Paris, Berlin, Moskow, Uni Arab Emira t, Abidjan, dan Abuja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News