Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Langkah politik Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya Aburizal dalam menjajaki koalisi dengan sejumlah partai dinilai merendahkan Partai Golkar. Gaya Aburizal dianggap tidak sesuai dengan yang selama ini digunakan Golkar.
"Golkar dari hari ke hari seperti mengalami penistaan," ujar politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, saat menghadiri diskusi politik berjudul "Ke Mana Partai Golkar Akan Berlabuh ?" di Hotel Gren Alia, Tugu Tani, Jakarta Pusat, Jumat (16/5).
Zainal mencontohkan, pertemuan Aburizal dan Jokowi di Pasar Gembrong, Jakarta. Hal ini, menurut Zainal, sudah merendahkan wibawa Partai Golkar karena gaya "blusukan" milik Jokowi. Seharusnya, kata dia, Aburizal melakukan pertemuan di tempat netral yang tidak mencirikan gaya dari kedua belah pihak.
"Langkah Aburizal Bakrie mengikuti blusukan Jokowi itu merendahkan harkat dan martabat Partai Golkar," ujar Zainal.
Lainya, kata Zainal, kedatangan Aburizal menemui Megawati di kediamannya. Ia mempertanyakan alasan Aburizal dan rombongan dari Partai Golkar menggunakan pakaian berwarna putih. Padahal, warna kebanggaan Partai Golkar adalah kuning. Zainal juga menyayangkan kenapa Megawati tidak mendampingi Aburizal dalam jumpa pers setelah pertemuan tersebut. Seusai pertemuan, yang mendampingi Aburizal adalah Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo.
"Tidak kelihatan dialog antarketua umum," ujarnya.
Menurut Zainal, sebagai pemenang kedua dalam pemilu legislatif, seharusnya Golkar dapat memperoleh posisi capres atau calon wakil presiden. Jika sampai Golkar tidak memperoleh keduanya, lanjut Zainal, berarti ada salah kelola manajemen dalam tubuh partai Golkar. Partai Golkar dianggap tidak berhasil mengkapitalisasi potensi yang dimiliki. (Fathur Rochman)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News