Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, diundang Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahatir Bin Muhamad ke kantornya, di Putra Jaya, Kuala Lumpur, Selasa (19/11).
Dalam kesempatan itu Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan rasa hormatnya karena telah diundang mewakili pemerintah Indonesia sekaligus menyampaikan ucapan selamat atas keberhasilan Malaysia menjadi tuan rumah penyelenggaraan The 2nd Ministeral Meeting of Palm Oil Producting Countries.
Baca Juga: Ini strategi Malaysia dan Indonesia untuk hadapi kritik soal kelapa sawit
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia telah berhasil mengimplementasikan program B (Biodiesel) 20% (B20), dan saat ini Pemerintah Indonesia mentargetkan untuk mengimplementasikan program mandatori B30 pada awal tahun 2020.
“Kebijakan ini telah meningkatkan harga minyak kelapa sawit di atas US$ 600 per ton,” jelas Airlangga dikutip dari laman setkab.go.id, Rabu (20/11).
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan apresiasinya atas komitmen Malaysia untuk mengimplementasikan mandatori B20 pada tahun 2020, sehingga diharapkan mampu meningkatkan harga minyak kelapa sawit di dunia yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan di tingkat petani/pekebun rakyat.
Baca Juga: Naik ke level harga tertinggi, analis rekomendasikan buy saham Indofood (INDF)
Ia menyebutkan, saat ini terdapat 4 negara yang akan bergabung dalam keanggotaan CPOP, setelah Indonesia dan Malaysia, yakni Papua New Guine, Honduras, Ghana dan Kolumbia sehingga penambahan keanggotaan ini diharapkan akan meningkat posisi CPOPC di mata dunia.
Dukung Mandatori B30
Menanggapi pernyataan dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, PM Malaysia Mahathir menyatakan dukungannya terhadap penerapan mandatori B30 di Indonesia, dan berharap Malaysia dapat mengikuti langkah Indonesia tersebut.
Selain itu, PM Malaysia menyatakan persetujuannya terhadap langkah penyatuan standar keberlangsungan kelapa sawit sehingga sinergitas program antara Indonesia dan Malaysia semakin baik dan daya saing pekebun meningkat.
Baca Juga: Bahan baku berkurang, Apolin desak pemerintah kembali terapkan pungutan ekspor CPO
Dalam kesempatan itu, PM Malaysia juga menyampaikan akan melakukan pembatasan penambahan luas areal kelapa sawit di Malaysia dan akan fokus pada peningkatan produktifitas (yield) dari petani.
Dalam upaya meningkatkan produktifitas, Mahathir mendorong diintensifkannya kegiatan R&D utamanya dalam pengembangan produk hilir kelapa sawit sehingga nilai tambah produk akan meningkat.
Baca Juga: Otonomi Khusus dicabut, Kashmir Merugi Hingga US$ 1,4 Miliar
Pada akhir diskusi, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam hal membangun strategi dalam upaya memperbaiki harga pada level yang lebih baik. Malaysia dan Indonesia perlu melanjutkan langkah-langkah konkrit dalam upaya menghadapi kampanye negatif terhadap kelapa sawit, termasuk upaya litigasi di forum WTO.
“Guna melawan kampanye negatif terhadap kelapa sawit, komitmen pengalokasian sumber daya yang memadai sangatlah diperlukan,” ujar Mahathir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News