kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

LPEM UI prediksikan pertumbuhan konsumsi dan investasi bisa meningkat di 2019


Minggu, 13 Januari 2019 / 17:01 WIB
LPEM UI prediksikan pertumbuhan konsumsi dan investasi bisa meningkat di 2019


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di sekitar 5%. Per akhir kuartal-III 2018, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,01% secara tahunan (yoy), turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,14% yoy, namun menguat dibandingkan periode sama di tahun 2017 yaitu 4,93% yoy.

Sementara, kegiatan investasi yang sempat menanjak di awal 2018 terus melesu di sisa periode tahun lalu. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh melambat 6,96% yoy pada kuartal-III 2018. Pertumbuhan PMTB membaik dari 5,87% yoy pada kuartal sebelumnya, namun melambat dibandingkan dengan 7,08% pada kuartal yang sama tahun lalu.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) dalam seri analisis makroekonomi Indonesia Economic Outlook 2019 yang diterima Kontan.co.id, Jumat (11/1), masih melihat potensi peningkatan konsumsi di tahun 2019 bersamaan dengan tingkat inflasi yang ikut terkerek di sekitar 3,2% - 3,5%.

Kepala Riset LPEM Febrio Kacaribu merinci, pertumbuhan konsumsi akan meningkat dengan alasan. Pertama, indikasi sikap pemerintah untuk menahan harga bahan bakar minyak (BBM) menjelang Pemilu 2019.

"Kedua, belanja yang lebih tinggi untuk barang-barang yang terkait dengan Pemilu 2019, dan ketiga, kehadiran dana kelurahan di tahun 2019," lanjut dia.

Sementara, peningkatan risiko inflasi sepanjang 2019 sebagian besar diperkirakan berasal dari kemungkinan peningkatan harga bahan bakar. Terutama, jika pemerintah tidak dapat mempertahankan tingkat harga BBM dan nilai tukar saat ini, meskipun tidak ada indikasi tren kenaikan inflasi sejauh ini.

LPEM menyoroti persoalan pertumbuhan investasi yang dianggap mengalami paradoks. Sebab, investasi mesin dan peralatan tumbuh tinggi, namun tak diikuti pertumbuhan manufaktur yang justru bergerak melambat sepanjang tahun lalu.

"Ada kemungkinan pertumbuhan pesat dalam investasi mesin dan peralatan dalam empat triwulan terakhir hanya mengimbangi tren pertumbuhan negatif dari jenis investasi ini dalam tiga tahun belakangan," terang Febrio.

Selain itu, ada pula kemungkinan bahwa investasi tidak langsung diubah menjadi output pengolahan akibat banyaknya investasi pada mesin dan peralatan tidak selalu diserap oleh produsen, tetapi lebih oleh bisnis di sektor lain terutama sektor konstruksi.

Hal ini ditambah lagi dengan realisasi investasi langsung asing (FDI) yang melorot di sepanjang 2018 akibat kombiasi pengetatan kebijakan moneter di seluruh dunia yang berdampak pada kenaikan biaya pinjaman jangka panjang untuk perusahaan, serta volatilitas rupiah yang tajam.

Namun, LPEM melihat ada potensi realisasi FDI akan membaik di tahun 2019 terutama pasca pemilu pada April nanti. Peningkatan FDI juga berpeluang datang dari dampak perang dagang antara AS dan China yang menyebabkan adanya relokasi investasi menuju negara-negara berkembang di Asia Tenggara.

"Indonesia perlu segera menyiapkan strategi dalam kompetisi dengan beberapa pesaing, yaitu Malaysia, Thailand, dan Vietnam, dalam menarik FDI ke Asia Tenggara. Termasuk dalam hal meningkatkan kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business Index," tandas Febrio.

Di antaranya, serangkaian reformasi regulasi untuk membuat Indonesia lebih terbuka, menghapus proses birokrasi yang tidak perlu, dan menjadikan pasar tenaga kerja Indonesia lebih dinamis merupakan langkah penting yang harus dilaksanakan untuk menarik FDI lebih banya, terutama di sektor manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×