Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Dari sisi perdagangan, LPEM UI memang melihat adanya peningkatan pada neraca perdagangan. Namun, peningkatan tersebut rupanya masih belum bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019.
"Ini karena perbaikan neraca perdagangan pada tahun 2019 tidak menunjukkan ekspor yang lebih tinggi, melainkan penurunan impor yang lebih dalam daripada penurunan ekspor," tutur mereka.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total ekspor pada tahun 2019 adalah sebesar US$ 167,53 miliar atau menurun dari total ekspor sepanjang tahun 2018 yang mencapai US$ 180,01 miliar. Sementara itu, impor di sepanjang tahun 2019 tercatat US$ 170,72 miliar atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 188,71 miliar.
Baca Juga: Setoran hingga Rp 216 triliun, investasi manufaktur tengah didorong
Dengan melihat kondisi ini, LPEM UI pun menilai bahwa Indonesia butuh meningkatkan kinerja ekspor untuk bisa memacu pertumbuhan. Apalagi, saat ini profil ekspor Indonesia masih belum cukup bervariasi untuk menemukan sumber pertumbuhan baru guna meningkatkan neraca dagang.
Sementara untuk ke depannya, LPEM UI masih melihat adanya tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020. Namun, LPEM UI masih yakin bahwa pemerintah masih punya modal cukup untuk mendukung perekonomian.
Selain itu, LPEM UI juga menilai Bank Idonensia (BI) telah mengeluarkan bauran kebijakan yang baik dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan memangkas suku bunga kebijakan hingga 100 basis poin (bps) di sepanjang tahun 2019.
Baca Juga: Alarm Manufaktur
Melihat hal itu, LPEM UI pun memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bis berada dalam kisaran 5,0% - 5,2% yoy atau sedikit lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah yang sebesar 5,3% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News