Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Sebanyak 50 petani dari kawasan Pegunungan Kendeng melanjutkan aksi mencor kaki dengan semen meski hujan mengguyur lokasi unjuk rasa, di depan Istana Negara, Jumat (17/3/2017). Semen yang membelenggu kaki membuat mereka kesulitan untuk bergerak.
Para aktivis yang menjadi pendamping para petani Gunung Kendeng ini akhirnya membuat jas hujan dari kantung plastik agar para petani itu tidak basah kuyup. Sebagian lagi memayungi para petani yang duduk melingkar.
Sementara, beberapa warga yang datang untuk memberikan solidaritas menggelar terpal sebagai tenda darurat. Hari ini merupakan hari kelima para petani ini melakukan aksi protesnya.
Jumlah petani yang menyemen kaki pun bertambah menjadi 50 orang. Sehari sebelumnya, 40 petani sudah melakukan aksi menyemen kaki lebih dulu.
"Hari ini ada sepuluh orang lagi yang mencor kakinya. Mereka berasal dari Rembang dan Pati," ujar Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Joko Prianton, saat ditemui di sela-sela unjuk rasa.
Aksi semen kaki para petani Kendeng sudah dimulai sejak Senin (13/7/2017) dan akan terus berlanjut hingga tuntutan mereka bertemu Presiden Joko Widodo dikabulkan. Mereka tiba sekitar pukul 14.30 WIB dengan menggunakan lima mobil bak terbuka.
Sejak tiba di Jakarta, para petani Kendeng menginap di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Aksi semen kaki oleh petani Kendeng itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap izin lingkungan baru yang diteken Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan terbitnya izin tersebut kegiatan penambangan karst PT. Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.
Mereka pun meminta Presiden Jokowi segera mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen yang dinilai merusak lingkungan.
"Aksi semen kaki ini adalah gambaran apa yang dialami oleh para petani di Pegunungan Kendeng. Hidup mereka telah terbelenggu dengan keberadaan pabrik semen yang merusak alam," ujar Joko.
(Kristian Erdianto)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News