kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Likuiditas Perekonomian Dinilai Terjaga, Tetapi Penyaluran Kredit Masih Lambat


Jumat, 22 Agustus 2025 / 17:03 WIB
Likuiditas Perekonomian Dinilai Terjaga, Tetapi Penyaluran Kredit Masih Lambat
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di galeri ATM di Jakarta, Senin (27/3/2023), Bank Indonesia (BI) mencatatkan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2023 meningkat menjadi Rp 8.300 triliun atau tumbuh 7,9% year on year (YoY)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/03/2023.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp 9.569,7 triliun pada Juli 2025, atau tumbuh 6,5% year on year (yoy), naik tipis dibandingkan pertumbuhan Juni 2025 sebesar 6,4% yoy. Namun secara nominal turun tipis dari Rp9.595,3 triliun pada Juni.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, perkembangan uang beredar pada Juli 2025 menunjukkan likuiditas perekonomian Indonesia masih terjaga, meskipun penyaluran kredit mulai melambat.

Likuiditas perekonomian masih tetap terjaga, terlihat dari pertumbuhan M1 yakni uang kartal dan giro tumbuh sebesar 8,7% yoy dan uang kuasi yakni simpanan berjangka, tabungan, dan valuta asing tumbuh sebesar 4,8% yoy.

“Artinya, sisi transaksi jangka pendek masyarakat relatif kuat, didorong kebutuhan konsumsi dan likuiditas harian,” tutur Josua kepada Kontan, Jumat (22/8/2025).

Josua menyebut, penurunan M2 secara nominal dibanding bulan lalu mencerminkan adanya faktor musiman, termasuk pelunasan kewajiban pemerintah, serta potensi perlambatan aktivitas ekonomi pasca Lebaran yang biasanya terjadi di kuartal III.

Sementara itu, pertumbuhan kredit yang melambat, dari 7,6% yoy di Juni menjadi 6,6% yoy di Juli, memberi sinyal bahwa permintaan sektor riil mulai menahan ekspansi. Hal ini konsisten dengan pelemahan beberapa indikator ekonomi global yang memengaruhi kinerja ekspor, sehingga bank lebih berhati-hati menyalurkan pembiayaan.

Baca Juga: Daya Beli dan Likuiditas Jadi Hambatan Ekonomi RI Sulit Tumbuh di Atas 5% Tahun Ini

“Dengan kata lain, meskipun M2 masih tumbuh positif, perlambatan di sisi kredit dan penurunan nominal M2 dibanding bulan lalu menandakan likuiditas perekonomian ada tetapi belum sepenuhnya ditransformasikan menjadi ekspansi aktivitas ekonomi produktif,” ungkapnya.

Dunia Usaha Masih Tahan Ekspansi

Bank Indonesia (BI) juga mencatat bahwa M1 yang mencakup giro rupiah dan uang kartal, tumbuh 8,7% yoy pada Juli 2025, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,0% yoy.

Hal ini kata Josua, mengindikasikan konsumsi rumah tangga dan aktivitas pembayaran tetap aktif. Giro rupiah naik 12,6% yoy dan uang kartal meningkat 11% yoy.

Sementara itu, uang kuasi yang mencakup simpanan berjangka dan tabungan tumbuh 4,8% yoy, naik dari 4,4% yoy bulan lalu. Menurut Josua, pertumbuhan tersebut tetap terjadi walaupun tren bunga simpanan menurun.

“Artinya, meski masyarakat masih menambah tabungan berjangka, preferensi likuiditas tetap kuat, yang konsisten dengan sikap wait and see di tengah ketidakpastian global dan domestik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Josua membeberkan, Pertumbuhan M1 yang cukup tinggi menunjukkan daya beli masyarakat masih terjaga dan menopang ekonomi, sejalan dengan kebijakan APBN 2025 yang menekankan penguatan konsumsi melalui program sosial, termasuk makan bergizi gratis (MBG) dan subsidi.

Baca Juga: Kondisi Likuiditas Valas Perbankan Makin Parah, Ini Penyebabnya

Namun, sisi investasi dan ekspansi usaha masih tertahan. Kredit investasi tercatat melambat ke 11,8% yoy dari sebelumnya 12,2%, sementara kredit konsumsi turun ke 7,9% yoy dari 8,5%. Kondisi ini mencerminkan kehati-hatian pelaku usaha akibat pelemahan harga komoditas dan ketidakpastian global.

Ia menilai, kebijakan moneter Bank Indonesia yang lebih longgar melalui pemangkasan suku bunga mulai berdampak positif, meski transmisi ke sektor riil belum sepenuhnya kuat. Perbankan masih selektif dalam penyaluran kredit, sementara permintaan global juga melemah.

Josua menambahkan, Pertumbuhan M2 diperkirakan berada di kisaran 6%–7% yoy tahun ini, sejalan dengan outlook ekonomi Indonesia yang diproyeksikan tumbuh 4,7–5,0%.

“Dorongan berasal dari belanja fiskal pemerintah stimulus, program MBG, transfer ke daerah (TKD), subsidi energi, yang akan meningkatkan likuiditas di masyarakat. Namun, sisi kredit kemungkinan tetap melandai karena korporasi cenderung menahan ekspansi, terutama di sektor berorientasi ekspor,” tandasnya.

Baca Juga: Likuiditas Perekonomian Naik, Tapi Kredit Melambat, Sinyal Kehati-Hatian Perbankan

Selanjutnya: Sri Mulyani Sebut Jumlah Penduduk Miskin RI Menurun, Jadi 23,9 juta pada 2025

Menarik Dibaca: Perayaan 50 Tahun, Polytron Hadirkan Fun Run hingga Konser Musik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×