Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (3/5).
Meski ada kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai BI tetap akan mempertahankan suku bunga acuan.
"Kami memperkirakan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya, di 5,75% hingga akhir tahun 2023," tegas Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (4/5).
Faisal membeberkan alasan bagi BI untuk mempertahankan suku bunga acuan, yang datang baik dari sisi eksternal maupun dalam negeri.
Dari sisi eksternal, Faisal telah melihat indikator The Fed akan mengakhiri tren kenaikan suku bunga acuannya.
Terlebih, inflasi umum di AS sudah dalam kondisi menurun.
Baca Juga: Harga Emas Tertekan Setelah The Fed Mengerek Suku Bunga
The Fed juga akan melihat dampak dari kenaikan suku bunga acuan yang agresif selama ini ke sektor riil ekonomi AS, termasuk kondisi inflasi dan tenaga kerja.
Faisal kemudian memperkirakan, puncak suku bunga The Fed akan berada di 5,25% hingga akhir tahun 2023.
Dari sisi domestik, tingkat inflasi sudah makin melandai. Terakhir pada April 2023, inflasi berada di level 4,33% yoy.
Bahkan, Faisal yakin inflasi akan kembali ke kisaran sasaran 2% hingga 4% pada akhir semester I-2023. Lebih cepat dari perkiraan semula.
Namun, Faisal mewanti-wanti karena ada penurunan ekspor seiring normalisasi harga komoditas dari awal tahun 2023.
Baca Juga: Mobilitas Meningkat, Perekonomian Indonesia Kuartal I-2023 Diproyeksi di Atas 5%
Selain itu, ada arus modal asing yang keluar pada Mei 2023 yang memberi dampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.
"Hanya secara keseluruhan, kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini sambil memperhatikan kondisi ekonomi global ke depan," tandas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News