kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kuota BBM subsidi bakal jebol sampai 1,5 juta KL


Kamis, 28 Agustus 2014 / 07:55 WIB
Kuota BBM subsidi bakal jebol sampai 1,5 juta KL
ILUSTRASI. 3 Cara Membuat Lulur Alami untuk Kulit Cerah dan Lembab, Bahan Utama Beras!


Reporter: Adi Wikanto, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pengendalian penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tampaknya  kandas. Antrean yang mengular di sejumlah daerah mulai menimbulkan kekhawatiran. 

Terhitung mulai kemarin (26/8), PT Pertamina kembali membuka keran BBM bersubsidi. Ini artinya, proses pengendalian penggunaan BBM bersubsidi yang dilakukan Pertamina dengan mengurangi penyaluran premium  5% serta solar bersubsidi 15% hingga 20% sejak 18 Agustus lalu dihentikan.  

Keputusan Pertamina ini tak lepas dari pemerintah yang meminta perusahaan minyak milik negara ini kembali menormalkan penyaluran BBM subsidi mulai Selasa (26/8) malam. 

"Ini sesuai arahan dari Pak Menko (Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung)," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, Rabu (27/8).

Namun, Pertamina memastikan, tanpa ada pengendalian BBM bersubsidi,  kuota bahan bakar  subsidi tahun ini sebesar 46 juta kiloliter (kl) akan terlampaui. Pertamina memprediksi, kuota BBM subsidi akan jebol antara 1,3 juta kl hingga 1,5 juta kl.

Catatan Pertamina dari awal tahun hingga 31 Juli, rata-rata penggunaan premium nasional mencapai 81.132 kl per hari, atau lebih besar dari kuota yang seharusnya yakni 80.240 kl per hari. 

Adapun solar, rata-rata penjualan mencapai 43.207 kl per hari. Angka ini juga lebih tinggi dari kuota penggunaan solar yang seharunya hanya 41.452 kl per hari. 

Dengan rata-rata itu, Pertamina menghitung pemakaian BBM bersubsidi hingga akhir tahun akan mencapai 47,3 juta kl-47,5 juta kl. 
"Secara anggaran, pemerintah harus menambah dana subsidi sekitar Rp 8 triliun," jelas Senior Vice President Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko.  

Solusi sederhana
Suhartoko menambahkan, masalah yang timbul akibat pengurangan pasokan dan ancaman membengkaknya kuota sejatinya bisa diatasi dengan mudah. Yakni dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. 

Menurut hitungan dia, kenaikan harga BBM bersubdisi Rp 500 per liter mulai 1 September 2014, pemerintah tak perlu lagi menambah dana subsidi. "Kebutuhan BBM subsidi empat bulan ke depan sekitar 16 juta kl, jika harganya naik Rp 500 per liter, bisa menghemat dana subsidi sekitar Rp 8 triliun, sehingga dana penghematan bisa untuk menambah kuota (BBM subsidi)," terang Suhartoko. 

Menurut Kepala Ekonom BII Juniman, kenaikan harga BBM Rp 500 per liter tak akan membebani masyarakat. "Inflasi hanya akan bertambah 0,5%-0,6%," ujar dia.

Menurut dia, harga BBM lebih baik naik tahun ini secara bertahap daripada tahun depan naik tinggi. Kenaikan bertahap tak  terlalu berpengaruh pada daya beli masyarakat. 

Sayang, rencana ini ditolak pemerintah. Menurut Chairul, kenaikan harga BBM menambah beban masyarakat karena tarif listrik sudah naik.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×