Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan mengatakan, gangguan sinyal merupakan faktor utama penyebab keterlambatan KRL commuterline. Saat ditanyakan mengenai solusi untuk mengatasinya, Jonan menyerahkannya kepada pemerintah.
”Kalau gangguan sinyal, salahkan kepada pemerintah, uang prasarana tidak dikasih,” ujarnya di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (27/8/2013).
Mengenai penumpang yang sering berdesak-desakan, Jonan mengatakan bahwa kondisi penumpang di kereta komuter lebih manusiawi dibandingkan dengan masih membiarkan ada masyarakat yang naik KRL ekonomi. ”Desak-desakan di kereta itu manusiawi, lebih baik sama-sama desak-desakan daripada membiarkan ada saudara-saudara yang lain naik kereta tak layak,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Humas Daops 1 PT KAI Sukendar Mulya mengatakan, kepadatan penumpang pada jam-jam sibuk dialami oleh semua layanan kereta perkotaan di seluruh dunia. Sejak 25 Juli 2013, PT KAI telah menghapuskan KRL ekonomi non-AC. Hal itu menyebabkan adanya perpindahan masyarakat yang biasa menggunakan kereta tersebut ke KRL komuter.
Perpindahan penumpang tersebut belum diimbangi dengan kesiapan rangkaian KRL komuter tambahan. Saat ini, PT KAI telah memesan 180 rangkaian kereta listrik baru dari East Japan Railways Company. Rencananya, ratusan rangkaian kereta listrik baru itu akan tiba paling lambat akhir tahun ini.
Kompas.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News