kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konversi pinjaman, menghemat beban utang


Selasa, 28 Juli 2020 / 06:45 WIB
Konversi pinjaman, menghemat beban utang
ILUSTRASI. Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah mengkonversi sebagian utang dollar Amerika Serikat (AS) ke mata uang euro dan yen Jepang. Konversi utang ini agar biaya utang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), menjadi lebih kecil.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Luky Alfirman mengatakan, periode September 2019 - Maret 2020, pemerintah sudah mengkonversi utang luar negeri bermata uang dollar sebesar US$ 3,8 miliar. 

Utang tersebut dengan suku bunga mengambang basis London Inter-Bank Offered Rate (Libor) dikonversi ke dalam mata uang euro dan yen dengan suku bunga tetap (fix) mendekati 0%.  "Ada outstanding utang kita ke Asian Development Bank (ADB), karena saat ini mata uang euro dan yen sedang murah kemudian kami konversikan," ujar Luky di dalam diskusi virtual, Jumat (24/7) lalu. 

Direktur Pinjaman dan Hibah Kemkeu Scenaider Siahaan menambahkan, pinjaman dengan suku bunga mengambang ini berarti mengalami perubahan setiap tiga bulan sesuai Libor. Sehingga, jika Libor mengalami perubahan maka kupon yang dibayarkan pemerintah juga berubah. Sebagai catatan suku bunga Libor untuk satu tahun saat ini di kisaran 0,46% per tahun.

Sementara dengan mengkonversi sebagian utang ke mata uang euro dan yen, maka pemerintah bisa mendapatkan suku bunga yang rendah, serta bisa memitigasi risiko fluktuasi kurs. "Kebetulan kami bisa mendapat suku bunga yang lebih murah. Jadi ada benefit-nya, dampak risiko currency-nya juga bisa kami mitigasi. Jadi lebih bagus kami bagi, jangan kebanyakan dollar AS, kami membagi ke euro dan yen karena suku bunganya bisa sampai 0%," tambahnya.

Dengan suku bunga pinjaman tetap mendekati 0%, pemerintah tidak terbebani perubahan bunga utang hingga masa pinjaman berakhir. 

Hemat Rp 505 miliar

Staf khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menjelaskan, pemerintah sebelumnya telah melakukan simulasi terhadap utang luar ngeri ini, terutama mengenai komposisi mata uang valas yang optimum dari sisi biaya bunga maupun risiko  perubahan kurs. Simulasi ini dengan menggunakan variabel data historis dari awal tahun 2010 sampai dengan Juli 2019 yang lalu. 

Simulasi risiko utang luar negeri tersebut menggunakan tiga mata uang valas, yaitu dollar AS, yen Jepang, dan euro. Hasilnya, diperoleh rekomendasi untuk mengonversikan pinjaman dengan mata uang dollar AS menjadi mata uang euro dan yen Jepang.

Mengacu dari data tahun 2019, pada tahap awal, konversi pinjaman dari dollar AS ke mata uang euro atau yen Jepang, dilakukan maksimal sebesar ekuivalen US$ 1 miliar. Namun, selanjutnya dapat ditambah lagi dengan pertimbangan efektivitas pelaksanaan hasil konversi, serta target komposisi portofolio utang valas berdasarkan jenis mata uang secara optimum. 

Kemudian, hasil dari mengkonversi pinjaman dari ADB, pemerintah Indonesia mendapatkan tingkat suku bunga baru sebesar 0%. Artinya, pemerintah tidak perlu lagi membayar bunga pinjaman semi-tahunan sejak tanggal pembayaran bunga tahunan di tahun 2020 hingga tanggal jatuh tempo pada tahun 2033. 

"Total perkiraan efisiensi bunga dari konversi tersebut pada tahun 2020 mencapai Rp 505,4 miliar. Angka itu merupakan efisiensi bunga satu tahun saja, sedangkan masih tersisa 12 tahun ke depan untuk penghematan bunga lebih lanjut," kata Prastowo.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan, selain yen dan euro, mata uang yang secara global cukup kuat saat ini adalah poundsterling. Tapi tingkat suku bunga untuk mata uang poundsterling alias GBP memang lebih tinggi yakni dengan suku bunga 0,1% per bulan Juni 2020. 

Dengan kata lain, menurut hitungan Riza pemerintah juga berpotensi untuk mengonversi utang dalam mata uang dollar ke mata uang poundsterling. Sebab menurut dia saat ini posisinya tidak kalah dengan yen dan euro artinya tidak gampang terombang-ambing seperti  dollar Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×