Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menyusun skenario mudik tahun ini. Meski belum ada keputusan pasti, tetapi sudah ada rekomendasi untuk melarang mudik Lebaran tahun ini.
Kepala Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Lebaran tahun ini akan lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Namun, hal ini bukan karena larangan mudik.
Baca Juga: Banyak warga mudik lebih awal, ini yang dilakukan Kemenhub
Dia mengatakan, penyebab utamanya disebabkan adanya virus corona (Covid-19) yang masih terjadi.
"Wabah corona memang akan membatasi banyak aktivitas kita. Kalau tidak ada wabah corona, meskipun dilarang mudik, konsumsi masih akan tinggi karena masyarakat tetap akan merayakan Lebaran di kota," ujar Piter kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3).
Piter menambahkan, bila Covid-19 belum bisa diselesaikan hingga Lebaran, maka aktivitas sosial dan ekonomi akan terbatasi. Masyarakat masih tetap harus tinggal di rumah, sehingga konsumsi akan tetap terbatasi meski mudik atau tidak mudik dilakukan.
"Konsumsi hanya untuk yang paling mendasar, bukan untuk merayakan Lebaran," tambah Pieter.
Meski pertumbuhan konsumsi lebih lambat, dia mengatakan, konsumsi rumah tangga masih berkontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB). Bahkan, dia memperkirakan, kontribusi konsumsi rumah tangga bisa mencapai 56% hingga 60% tahun ini mengingat perlambatan pertumbuhan investasi dan ekspor yang cukup besar tahun ini.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II tahun lalu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,17% (yoy), dimana kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 55,79% terhadap struktur PDB.
Baca Juga: Kemenhub rekomendasikan larangan mudik lebaran 2020, ini saja yang disiapkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News