Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tingkat indeks keyakinan konsumen Indonesia (IKK) di bulan Agustus mengalami penurunan yang terendah sejak tahun 2012 lalu ke level 107,8. Nilai itu sesuai dengan hasil survey yang telah dilakukan oleh bank Indonesia (BI). Jika dibandingkan dengan bulan Juli, nilai itu turun sebesar 0,6 poin.
Dengan tingkat IKK sebesar itu, BI memperkirakan akan berdampak terhadap penurunan konsumsi masyarakat hingga November 2013, terutama untuk kebutuhan pangan dan konsumsi lainnya seperti makanan dan minuman.
Dari data tersebut dapat dilihat, bahwa masyarakat pesimistis kepada Pemerintah dalam usaha untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan lapangan kerja untuk jangka waktu enam bulan mendatang.
"Tekanan terhadap IKK ini bersumber dari penurunan kedua komponen pembentuknya, yakni indeks kondisi perekonomian saat ini (IKE) sebesar 1,0 poin dan indeks ekspektasi konsumen (IEK) sebesar 0,2 poin," kutip laporan survey BI.
Namun, Pemerintah mengaku masih optimistis kalau dengan IKK yang menurun kondisi ekonomi masih akan tetap tinggi.
Plt Kepala badan Kebijakan FIskal (BKF) Kemenkeu Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pihaknya akan menjaga daya beli masyarakat, supaya tingkat konsumsi masyarakat bisa dijaga.
Dengan begitu, maka tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 ini masih bisa dijaga sesaui dengan proyeksi yang sudah dibuat di level 5,9%. "Pokoknya, ini tidak akan berpengaruh terhadap konsumsi, kita akan jaga tingkat inflasi maupun daya beli," kata Bambang, di jakarta Senin (8/9).
Sebagai informasi saja, BI melakukan survey ini kepada 4.600 rumah tangga secara acak di beberapa daerah di Indonesia. Bambang menduga, IKK ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi di beberapa bulan terakhir.
Ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman mengatakan, inflasi yang terjadi di bulan Agustus menjadi isu negatif bagi masyarakat.
Ditambah, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS juga memperburuk persepsi masyarakat. "Dampaknya, muncul kekhawatiran masyarakat apakah Pemerintah mampu menjaga sustainable ekonomi saat ini, dari ancaman krisis," kata Juniman.
Berdasarkan hal itu, Juniman menyarankan, Pemerintah harus lebih responsif dalam mengeluarkan kebijakan. Sehingga masyarakat bisa merasakan dampak dari kebijakan yang dilakukannya, untuk mengantisipasi kondisi ekonomi ke depan.
Salah satunya adalah bagaimana caranya Pemerintah meredam nilai tukar rupiah. Kalau itu bisa dilakukan, akan menambah kepercayaan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News