Reporter: Herlina KD | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun ini menjadi sorotan berbagai kalangan, namun pemerintah belum memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Pemerintah masih mengkaji beberapa opsi untuk menekan pembengkakan subsidi BBM ini.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, pemerintah saat ini masih mengkaji beberapa opsi dari dampak melonjaknya subsidi BBM. Menurutnya, dampak langsung dari kenaikan harga BBM adalah inflasi. "Kalau inflasi meningkat pengaruhnya pada kemiskinan," ujarnya akhir pekan lalu. Sehingga, Hatta bilang hingga saat ini pemerintah memilih untuk mengendalikan pengawasan BBM.
Catatan saja, dalam rancangan APBN P 2011, anggaran subsidi BBM melonjak menjadi Rp 120,8 triliun, naik dari APBN 2011 yang sebesar Rp 95,9 triliun. Selain dampak dari naiknya ICP, pembengkakan subsidi BBM juga disebabkan volume konsumsi BBM naik dari 38,9 juta kilo liter menjadi sekitar 40,5 juta kilo liter. Akibat pembengkakan ini, defisit dalam APBN P direvisi menjadi 2,1%.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menambahkan, pemerintah sedang mempelajari respon yang akan diambil terkait dengan pembengkakan subsidi BBM. Dia mengakui, dana pemerintah yang terserap dalam subsidi ini memang besar. Tapi, "Pemerintah juga memperhitungkan kondisi masyarakat dimana saat ini akan masuk bulan buasa dan tahun ajaran baru," katanya.
Agus bilang, sebernarnya pemerintah tengah mengkaji beberapa opsi antara lain dengan mencari ketersediaan alternatif energi lain seperti gas dan batubara sebagai pengganti BBM. Sebab, Hatta bilang, salah satu pemicu membengkaknya subsidi BBM adalah adanya perpindahan penggunaan BBM subsidi ke sektor perkebunan dan pertambangan. "Makanya, kalau tersedia energi alternatif lain seperti gas dan batubara, setidaknya itu akan lebih baik," ujar Agus.
Disamping itu, Agus bilang opsi lain yang tengah dikaji adalah pengendalian subsidi melalui pengawasan BBM bersubsidi, dan opsi pengurangan disparitas harga BBM. Hanya saja, "Semua masih dalam studi. Tapi yang paling utama pemerintah tidak berencana untuk membuat defisit lebih dari 2,1%," tegas Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini.
Sebenarnya, opsi mengurangi disparitas harga BBM bisa saja mengurangi beban subsidi. Hanya saja, konsekuensinya terhadap inflasi cukup tinggi. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan, jika harga BBM bersubsidi dinaikkan Rp 500 per liter, maka akan ada kenaikan inflasi 1,1%. "Kalau dampak langsungnya 0,33%, tapi kan ada dampak tidak langsung yakni ke angkutan barang sehingga bisa mencapai 1,1%. Dan angka ini akan bekerja dalam waktu 6 bulan," jelas Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News