kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Koalisi gemuk harapan Gerindra tak jamin menang


Senin, 14 April 2014 / 10:47 WIB
Koalisi gemuk harapan Gerindra tak jamin menang
ILUSTRASI. Promo Pegi Vaganza s.d 27 Nov 2022, Harga Spesial Tiket Kereta Mulai dari Rp140.000


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Direktur Eksekutif Pol-Track Institute Hanta Yudha AR berpendapat, model koalisi besar yang ingin dibentuk oleh Partai Gerindra tak menjamin akan memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari poros ini. Pasalnya, faktor figur akan lebih berpengaruh dibandingkan banyaknya partainya yang merapat.

Hanta mencontohkan, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pertama kali dipilih berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pemilu 2004. Saat itu, Partai Demokrat hanya berkoalisi dengan tiga partai. Namun, faktor ketokohan SBY akhirnya mampu menenggelamkan duet Megawati-Hasyim Muzadi dan Wiranto-Salahudin Wahid yang didukung oleh banyak partai.

"Jadi pileg dan pilpres beda, tidak selalu kongruen. Partai banyak, belum tentu juga calonnya menang. Kalau sudah pilpres, figur yang dominan, partai hanya untuk melengkapi syarat dan mengambil manfaat mesin politiknya," ujar Hanta saat dihubungi, Senin (14/4/2014).

Oleh karena itu, Hanta mengatakan, koalisi besar atau kecil kini tak lagi berpengaruh. Pemilih partai yang bergabung ke poros tertentu pun, sebut Hanta, tidak secara otomatis akan memilih figur yang ditawarkan.

Maka dari itu, tidak ada jaminan massa partai politik juga akan ikut mendukung calon tertentu saat poros koalisi terbentuk. Dalam menyusun koalisi pemilihan presiden, Hanta menuturkan partai juga harus memperhatikan koalisi dalam pemerintahan. Gerindra, kata Hanta, harus berkaca dari koalisi besar yang dibentuk pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saat ini.

"Jangan terjebak pada orientasi, kuantitas partai. Koalisi yang besar atau gemuk tidak ada jaminan cair dan solid, karena pasti akan rapuh. Yang terpenting saat ini adalah koalisi yang berdasarkan soliditas dan kohesivitas," imbuh Hanta.

Partai Gerindra ingin membentuk koalisi gemuk dengan merangkul banyak partai politik. Gerindra menyebutnya sebagai koalisi "Tenda Besar". Saat ini, Gerindra setidaknya menjalin komunikasi dengan enam partai politik, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Kami ingin koalisi tenda besar untuk memperkokoh Pilpres. Kami sedang komunikasi dengan Demokrat, PKB, PKS, PPP, PAN, termasuk juga Golkar," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon di kantor DPP Partai Gerindra, Sabtu (12/4/2014).

Dia tidak menampik nantinya akan ada pembagian kekuasaan terhadap partai-partai politik yang berkoalisi dengan Gerindra. "Harus ada power sharing. Tidak mungkin itu tidak ada. Tapi yang pasti, capres kami tetap yang akan diajukan yaitu pak Prabowo," ujar Fadli. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×