Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 kontraksi antara 4% sampai 6%.
"Hal ini dikarenakan proses stimulasi penanganan Covid-19 masih sangat lambat. Pengaliran insentif di berbagai bidang yang masih rendah, akan membuat tekanan terhadap pemulihan kesehatan, jaring pengamanan sosial, dan perekonomian menjadi lebih berat," kata Ketua Umum Kadin Rosan P. Roeslani di dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Baca Juga: Badan Anggaran DPR usulkan defisit anggaran tahun 2021 sebesar 4,7%
Lemahnya implementasi stimulus tersebut, dinilai akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal tiga kembali kontraksi. Hal ini akan membuat Indonesia bisa masuk ke dalam fase resesi ekonomi.
Selanjutnya, dari sisi perdagangan, Kadin memperkirakan produksi dalam negeri untuk kepentingan konsumsi domestik dan ekspor akan terus terdampak sampai dengan beberapa waktu ke depan.
Hal ini terlihat dari realisasi surplus pada bulan April dan Mei 2020, dikarenakan adanya penurunan impor yang lebih tinggi dibandingkan penurunan ekspor.
Sementara itu, dari sisi investasi penurunan realisasi penanaman modal asing diperkirakan akan lebih dalam pada periode April-Juni ini, sedangkan momentum kenaikan realisasi investasi dalam negeri belum bisa diharapkan. Apalagi, mengingat rendahnya pertumbuhan kredit yang hanya tumbuh 2,68% pada bulan Mei 2020.
"Ketidakpastian dari Covid-19 bukan hanya mempengaruhi arus perdagangan dan investasi, tetapi juga terhadap penurunan daya beli ataupun konsumsi dalam negeri pada kuartal II-2020," paparnya.
Baca Juga: Walau pertumbuhan ekonomi bisa minus, masih ada peluang investasi
Apabila tidak terjadi peningkatan ketepatan, kecepatan, dan kepaduan dalam kebijakan pemulihan ekonomi, maka Kadin memproyeksi bahwa kontraksi pertumbuhan ekonomi akan kembali terulang pada kuartal III-2020 akan terjadi lagi.
"Terlebih, risiko terjadinya kelumpuhan permanen di beberapa unsur dalam dunia usaha tidak bisa diremehkan apabila pemulihan daya beli dan daya produksi tidak dilakukan secara inklusif, cepat, dan masif," pungkas Rosan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News