Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Standard Chartered meyakini pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 akan stagnan, alias tak berubah dari capaian pertumbuhan pada tahun 2023.
Dalam laporan Global Focus Economic Outlook kuartal II-2024 yang terbit April 2024, lembaga tersebut menghitung pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan berada di kisaran 3,1% yoy, atau sama dengan capaian pertumbuhan 2023.
Bank Standard Chartered melihat, sumber pertumbuhan ekonomi dunia adalah Asia. Kabar baiknya, negara-negara di kawasan Afrika, Timur Tengah, Afrika Utara, juga Afghanistan, dan Pakistan (MENAP) diperkirakan tumbuh lebih cepat pada tahun 2024.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Holding Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun Per Kuartal I-2024
Akan tetapi, pemilihan umum yang terjadi di beberapa negara di dunia, akan memengaruhi aktivitas investasi untuk sementara waktu. Sehingga, ini akan memperlambat potensi pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia.
Selain itu, ada juga risiko yang datang dari inflasi yang bandel untuk turun. Inflasi yang tinggi dipengaruhi oleh gangguan rantai pasokan.
Belum lagi adanya kebijakan proteksi perdagangan negara-negara di unit yang menyebabkan tambahan biaya terhadap barang-barang di dunia.
Tingginya inflasi akan memengaruhi keputusan mengenai waktu dan kecepatan penurunan suku bunga acuan negara-negara di dunia.
Sehingga, tren suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama akan berisiko merusak aktivitas perekonomian dunia.
Baca Juga: Kredit Bank Mandiri (BMRI) Tumbuh 19,1% pada Kuartal I-2024
Kenaikan suku bunga riil telah melemahkan ketersediaan kredit dan meningkatkan tingkat tunggakan utang. Belum lagi dampak pengetatan moneter sebelumnya mungkin akan masih berlanjut.
Lebih lanjut, meski pertumbuhan pada tahun 2024 digelayuti awan mendung, Bank Standard Chartered lebih optimistis terhadap prospek pertumbuhan pada tahun 2025.
Dari perhitungan mereka, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 akan naik menjadi 3,2% yoy. Ini pun lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,1% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News