kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Keringat SBY untuk Demokrat


Minggu, 30 Maret 2014 / 09:30 WIB
Keringat SBY untuk Demokrat
ILUSTRASI. cadangan devisa bulan September sebesar US$ 130,2 miliar


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat hadir di lapangan PRPP Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/3/2014) siang. Panas terik dan hawa panas mengiringi kehadiran SBY beserta Ani Yudhoyono yang datang menggunakan mobil Toyota Land Cruiser B 7 PD.

Setelah tiba, SBY dan Ani Yudhoyono beserta sejumlah elite Partai Demokrat seperti Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), Pramono Edhie Wibowo, dan Agus Hermanto menaiki panggung. SBY langsung menuju bagian panggung yang menjorok ke depan.

Dengan menggunakan kemeja lengan pendek warna biru dan topi layaknya tentara dengan warna senada, SBY menyapa warga Semarang dengan bahasa Jawa. SBY lalu berorasi sekitar 30 menit dengan suara parau. Orasi SBY pun diselingi nyanyian lagu "Rumah Kita" yang kini menjadi ciri khas kampanye Partai Demokrat.

Selama berdiri di atas panggung, sinar terik matahari mengarah ke wajah SBY. Suasana semakin membuat "gerah" lantaran banyaknya simpatisan dan kader Demokrat yang hadir. Setidaknya ada 10.000 orang hadir saat itu.

Keringat pun bercucuran dari muka dan leher SBY. Hal ini sangat terlihat saat SBY turun panggung dan bersalaman dengan ribuan orang.

Bagi waktu

SBY harus membagi waktu dan konsentrasinya untuk mengurus negara dengan setumpuk persoalan dan mengurus Partai Demokrat yang pamornya tengah turun. Kesibukan SBY ini tak ayal membuat kondisi fisiknya tak prima.

Suara parau sang Presiden tak hanya terdengar saat orasi di Semarang. Ketika kampanye di Bantul 17 Maret lalu, atau sehari setelah rombongan kepresidenan bermalam di Riau untuk mengatasi kabut asap, suara SBY terdengar serak. Wajahnya pun terlihat lelah.

Untuk membagi waktu, SBY terkadang menyelipkan agenda kampanye di sela-sela kunjungan kerjanya sebagai Presiden. Misalnya, saat berkunjung ke Brebes (25 Maret) dan Medan (27 Maret). Tak jarang juga dalam satu hari SBY bekerja sebagai Presiden dan Ketua Umum. Pagi hari SBY menggelar rapat terbatas, lalu terbang ke daerah untuk berkampanye.

Banyak yang memprotes sikap SBY yang terlibat dalam kampanye. Apalagi, setelah Menko Polhukam Djoko Suyanto mengakui bahwa biaya penerbangan SBY untuk kampanye ditanggung negara. Belakangan, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi meralat ucapan Djoko dan menyatakan biaya pesawat untuk mengangkut SBY ketika bertolak ke daerah untuk kampanye ditanggung oleh partai.

Pertaruhan reputasi SBY

Pemilu 2014 merupakan tahun penentuan bagi SBY. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Ary Dwipayana mengatakan, SBY mempunyai dua kepentingan saat ini, yaitu menyiapkan akhir pemerintahan yang mulus dan harus mengembalikan harga diri partainya setelah berbagai kasus korupsi menghantam sejumlah elite partai itu.

"Ini pertaruhan terakhir SBY karena bagi SBY ini pertaruhan reputasinya sebagai Ketua Umum untuk mengangkat suara Demokrat. SBY pun harus menunjukkan kewibawaan sebagai kepala negara. Ini yang sebabkan kunker ke berbagai daerah," ucap Ary.

Demokrat, kritik Ary, terlalu bergantung pada sosok SBY. Hal ini dinilai negatif bagi kerja-kerja partai. Ketergantungan Demokrat pada SBY terlihat pada jargon kampanye yang menyebut "Partai Demokrat, Partainya SBY".

Saat SBY tak bisa hadir kampanye karena sibuk mengurus kabut asap di Riau, sang istri yang menggantikan posisi SBY sebagai juru kampanye utama. Padahal, Ani tak masuk struktur kepengurusan partai. Sementara Ibas hanya berperan memeriahkan panggung dengan melambaikan tangan.

Direktur Eksekutif dari Pol-Track Institute Hanta Yudha mengatakan, Demokrat bersikap realistis dan rasional dengan hanya mengedepankan sosok SBY. "Partai ini sangat bergantung pada persepsi pemerintahan karena persepsi sebagai partai anti-korupsi dan bersih tak bisa lagi diandalkan," kata Hanta.

Para peserta konvensi capres Partai Demokrat, lanjutnya, juga tak bisa menggantikan sosok SBY. Namun, Hanta menilai, SBY sekarang tidak sefenomenal ketika Pemilu 2004 atau 2009. Apalagi, SBY bukanlah salah satu bakal capres.

"Sudah mengalami penurunan pengaruh kharisma. Oleh karena itu, program pemerintahan harus disosialisasikan dengan baik melalui caleg-calegnya," kata Hanta. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×