kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemiskinan tahun depan diprediksi capai 11,5%


Selasa, 26 November 2013 / 19:37 WIB
Kemiskinan tahun depan diprediksi capai 11,5%
ILUSTRASI. Warga melakukan vaksinasi di Puskesmas Pembantu Sukun, Kota Malang.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati |

JAKARTA. Beban inflasi tinggi yang terjadi tahun ini menjadi pupuk suburnya kemiskinan di tahun depan. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melihat tingkat kemiskinan Indonesia di tahun depan bisa mencapai 11,5%.

Angka tersebut jauh dari target kemiskinan yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 sebesar 9%-10,5%.

Ekonom INDEF Ahmad Erani Yustika mengatakan angka kemiskinan yang melonjak di tahun depan diakibatkan pertumbuhan ekonomi yang turun di tahun ini di mana inflasi bisa menyentuh kisaran 8%. Inflasi ini praktis membuat pendapatan ril masyarakat turun dan masih akan berdampak di tahun depan.

Adanya pemilihan umum (pemilu) di tahun depan pun disinyalir tidak akan berdampak signifikan untuk mengurangi kemiskinan. "Pemilu itu berdampak ke pertumbuhan hanya 0,1%-0,2%," ujar Erani, Selasa (26/11).

Untuk mengurangi kemiskinan, menurut Erani, peemrintah perlu melakukan kebijakan yang mengubah formasi aset baik lahan ataupun modal dalam bentuk reformasi lahan. Petani yang tidak memiliki lahan ataupun lahannya sempit dapat ditambah pemerintah.

Bentuk kebijakan seperti ini adalah kebijakan yang secara jangka panjang dan substansial dapat meredam kemiskinan. Tidak seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang hanya meredam kemiskinan jangka pendek dan bersifat semu.

Dengan adanya perluasan lahan tentu saja penciptaan lapangan kerja juga akan menjadi luas. Selama ini 1% pertumbuhan di Indonesia hanya mampu menciptakan lapangan kerja sekitar 170 ribu orang. Ini karena sektor yang dikembangkan pemerintah untuk penciptaan lapangan kerja adalah sektor-sektor yang tidak kredibel.

Kalau sektor yang dikembangkan adalah sektor kredibel seperti pertanian dan padat karya maka 1% pertumbuhan mampu menciptakan 500 ribu tenaga kerja. Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan pemerintah masih optimis kemiskinan dapat mencapai target.

Menurut Hatta, kemiskinan akan dalam trend menurun karena Indonesia masih bertumbuh di tahun depan. "Apabila ada pertumbuhan akan ada penciptaan lapangan kerja. Akan ada pendapatan dan menurunkan kemiskinan," paparnya.

Inflasi akan terus dijaga oleh pemerintah, terlebih inflasi inti yang bersangkutan dengan pangan. Karena karakteristik masyarakat menengah bawah apabila mempunyai uang, 30%-40% pengeluaran mereka akan dialokasikan untuk makanan. Sehingga apabila terjadi inflasi pada pangan dampaknya akan kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×