kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkeu: Konversi pinjaman ke mata uang Euro dan Yen bisa menguntungkan pemerintah


Senin, 27 Juli 2020 / 20:04 WIB
Kemenkeu: Konversi pinjaman ke mata uang Euro dan Yen bisa menguntungkan pemerintah
ILUSTRASI. Bank employees count Indonesian rupiah bank notes wrapped in plastic after they arrived by truck from the bank's branches at Bank Mandiri's headquarters in Jakarta, Indonesia November 14, 2017. REUTERS/Darren Whiteside


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melakukan konversi pinjaman dengan mata uang asing sebagai salah satu upaya dalam rangka pengelolaan risiko.

Berdasarkan catatan, pada periode bulan September 2019 sampai Maret 2020 pinjaman luar negeri yang sudah dikonversi oleh pemerintah mencapai US$ 3,8 miliar.

Direktur Pinjaman dan Hibah Kemenkeu Scenaider C. H. Siahaan mengatakan, pinjaman ini dikonversi dari mata uang US Dolar (USD) dan suku bunga mengambang basis London Inter-Bank Offered Rate (LIBOR), menjadi pinjaman dalam bentuk Euro dan Yen dengan suku bunga tetap (fix) mendekati 0%.

"Basis LIBOR itu artinya setiap tiga bulan ada berubahan bunga tergantung LIBOR-nya. Nah kalau LIBOR-nya berubah, berarti kupon yang kita bayar itu juga berubah," ujar Scenaider kepada Kontan.co.id, Senin (27/7).

Baca Juga: Ini besaran biaya yang dihemat pemerintah saat konversi pinjaman ke Euro dan Yen

Apabila pemerintah mengajukan pinjaman dalam denominasi USD, artinya pemerintah berisiko membayar bunga lebih mahal apabila suku bunga acuannya juga berubah. Berbeda halnya dengan konversi ke mata uang Euro dan Yen, yang mana peluangnya lebih baik.

Scenaider menjelaskan, dengan mengonversi pinjaman ke dalam mata uang Euro dan Yen, maka pemerintah bisa mendapatkan suku bunga yang rendah, serta risikonya bisa dimitigasi.

"Kebetulan kita bisa dapat suku bunga yang lebih murah. Jadi ada benefitnya, dampak risiko currency-nya juga bisa kita spread atau kita mitigasi. Jadi lebih bagus kita bagi, jangan kebanyakan USD, kita bagi ke Euro dan Yen karena suku bunganya bisa sampai 0%. Ini namanya diversifikasi currency untuk mengelola risiko tadi," paparnya.

Dengan suku bunga pinjaman tetap mendekati 0%, Scenaider mengatakan pemerintah bisa mendapat keuntungan karena tidak perlu membayar bunga lagi sampai habis masa pinjamannya, dengan kata lain pemerintah hanya membayar kupon saja.

Baca Juga: Ekonom sebut konversi mata uang akan pengaruhi demand and supply terhadap dolar AS

Ia juga menjelaskan, diversifikasi ini tidak memiliki risiko malah memperkecil atau mengurangi risiko yang ada. Adapun yang menyusun simulasi dan mengeksekusi konversi mata uang ini adalah Direktorat Strategi dan Portofolio Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). 

"Pinjaman yang sudah di-convert itu baru pinjaman dari Asian Development Bank (ADB) saja. Prosesnya tidak di-convert ke Rupiah dulu, tetapi langsung ke dalam mata uang Yen dan Euro senilai total US$ 3,8 miliar," kata Scenaider.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×