kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kematian massal akibat corona bisa terjadi di Indonesia, jika...


Selasa, 31 Maret 2020 / 15:10 WIB
Kematian massal akibat corona bisa terjadi di Indonesia, jika...
ILUSTRASI. Seorang warga memakai masker sebagai alat pelindung diri dari wabah virus Corona (COVID-19) di Banda Aceh, Aceh, Jumat (27/3/2020). Pemerintah telah menetapkan status darurat bencana COVID-19 selama 91 hari sejak 29 Februari hingga 29 Mei 2020. ANTARA FOT


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Health Organization (WHO) mengimbau swarga dunia untuk melakukan physical distancing. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai virus corona yang hanya bisa hidup jika memiliki inang (manusia). Namun banyak orang tak mengindahkan physical distancing bahkan masih melakukan aktivitas seperti biasa.

Padahal, hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian massal bahkan hilangnya sebuah generasi.
Pada kenyataannya, Covid-19 bisa berakibat fatal pada usia produktif. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, 60% pasien Covid-19 masuk dalam kelompok produktif.

Kelompok ini juga tidak terlepas dari risiko kemungkinan perburukan yaitu ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Hal ini juga berkaitan dengan teori Herd Immunity, yaitu membiarkan imunitas alami tubuh hingga terbentuk daya tahan terhadap virus. Sehingga, penyebaran virus diharapkan reda dengan sendirinya.

Baca Juga: WHO sebut perokok miliki risiko lebih tinggi tertular corona, berikut penjelasannya

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sally A Nasution, SpPd, K-KV, FINASIM, FACP.

“Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk antibodi. Siapa yang akan membentuk antibodi? Yaitu orang-orang yang imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun,” tutur Sally kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Namun, tak semua orang produktif memiliki imunitas yang baik. Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia memiliki jumlah usia produktif 64% dan lansia 9,6%. Ditambah banyaknya penyakit penyerta yaitu kardivaskular 1,5%, diabetes 10,9%, penyakit paru kronis 3,7%, hipertensi 34%, kanker 1,8% per 1 juta penduduk, dan penyakit autoimun sebesar 3%.

Baca Juga: WHO: Pandemi virus corona di Asia masih jauh dari selesai

“Jika usia produktif saja memiliki imunitas yang baik, jumlah populasi yang berisiko terkena infeksi melalui Herd Immunity akan berjumlah fantastis,” lanjutnya.

Hilangnya satu generasi

Sally menegaskan, jika tidak ada upaya preventif, Indonesia bisa kehilangan satu generasi orang muda yang produktif. “Itu merupakan perhitungan kami dari sisi epidemiologi dan keilmuan mengenai daya tahan tubuh manusia. Bagaimana sistem imunitas merespon terhadap suatu infeksi dari wabah seperti ini,” tambahnya.

Baca Juga: Myanmar melaporkan kematian untuk pertama kalinya akibat virus corona

Deteksi dini dan pengobatan memang penting. Namun, lanjut Sally, memutus rantai penyebaran virus corona adalah cara paling tepat untuk menghindari kemungkinan hilangnya generasi ini.

Baca Juga: WHO larang penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia, ini bahayanya!

Physical distancing. Teorinya sangat sederhana, namun harus dipahami esensinya. Virus itu banyak sekali jumlahnya, gampang sekali menular. Namun kalau seseorang batuk atau bersin dan di sekitarnya tidak ada orang, virusnya akan mati. Tidak ada inang. Sudah, begitu saja,” paparnya.

Jika hampir semua orang melakukan physical distancing, lanjutnya, diharapkan kurva penyakit baru akan melandai.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanpa Physical Distancing, Kematian Massal Akibat Corona Bisa Terjadi di Indonesia"
Penulis : Sri Anindiati Nursastri
Editor : Sri Anindiati Nursastri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×